PUBLIKAINDONESIA, SEMARANG – Sebuah diskusi bertema “Fasisme Mengancam Kampus: Bayang-Bayang Militer bagi Kebebasan Akademik” yang digelar sekelompok mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang mendadak mendapat perhatian tak terduga. Diskusi yang berlangsung di area kampus itu didatangi oleh anggota TNI pada Selasa (15/4/2025).

Menurut panitia diskusi, Ryan Wisnal, suasana janggal mulai terasa ketika seorang pria asing berpenampilan santai—kaus hitam dan celana jeans—ikut duduk dalam forum tanpa memperkenalkan diri seperti peserta lainnya. “Pas dia diajak kenalan, enggak mau. Lalu dia pergi,” kata Wisnal.
Tak lama berselang, sejumlah petugas keamanan kampus mendatangi lokasi dan meminta perwakilan mahasiswa menemui seseorang berseragam TNI. Sosok tersebut diketahui bernama Sertu Rokiman.
“Dia datang dengan seragam militer dan mengajak bicara perwakilan panitia di lokasi yang tak jauh dari tempat diskusi,” ujar Wisnal.
Ia menambahkan bahwa anggota TNI itu sempat menanyakan identitas peserta dan tema yang sedang dibahas dalam forum tersebut.
Meski tidak terjadi pembubaran diskusi, kehadiran aparat berseragam di ruang akademik memicu kekhawatiran mahasiswa akan adanya bentuk intervensi terhadap kebebasan berekspresi di lingkungan kampus.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana memberikan klarifikasi. Ia menyebut keberadaan Sertu Rokiman sebagai bagian dari tugas rutin aparat kewilayahan.
“Babinsa hadir di sekitar kampus hanya untuk monitoring wilayah, karena sebelumnya beredar pamflet undangan diskusi yang bersifat terbuka untuk umum. Itu bagian dari tugas Babinsa dalam menjaga keamanan dan ketertiban wilayah binaannya,” tegas Wahyu.
Kejadian ini kembali memantik diskusi publik soal batas antara pengawasan keamanan dan perlindungan terhadap kebebasan akademik di lingkungan pendidikan tinggi.