PUBLIKAINDONESIA.COM, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin secara sepihak mengumumkan gencatan senjata selama 30 jam di Ukraina dalam rangka memperingati Hari Raya Paskah.

Keputusan ini diumumkan dalam rapat bersama Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia, Valery Gerasimov, di Kremlin, Jumat (18/4/2025).
Putin menyatakan, gencatan senjata akan dimulai pada Sabtu (19/4/2025) pukul 18.00 waktu Moskow (22.00 WIB) dan akan berakhir pada Minggu (20/4/2025) pukul 24.00 waktu setempat (Senin pukul 04.00 WIB).
“Untuk alasan kemanusiaan, Rusia menyatakan gencatan senjata pada Hari Raya Paskah ini… Saya memerintahkan penghentian semua operasi militer selama periode tersebut,” kata Putin dalam pernyataannya.
Putin berharap inisiatif gencatan senjata ini juga direspons oleh pihak Ukraina. Ia menegaskan bahwa keberhasilan atau kegagalan gencatan senjata akan menjadi indikator keseriusan Kyiv dalam mencari penyelesaian damai.
“Pasukan Rusia tetap harus bersiaga untuk mengantisipasi kemungkinan pelanggaran atau provokasi dari pihak lawan,” tambahnya.
Namun, Presiden Rusia itu juga menyoroti bahwa moratorium serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina selama 30 hari sebelumnya tidak diindahkan oleh Kyiv.
Ia mengklaim Ukraina telah melanggar kesepakatan tersebut lebih dari 100 kali, yang menurutnya menunjukkan kurangnya komitmen terhadap jalur negosiasi.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan bahwa pembahasan damai dengan Amerika Serikat terkait konflik Ukraina masih berlangsung dan tidak mudah.
“Komponen-komponen utama dari penyelesaian tersebut tidak mudah untuk disepakati. Komponen-komponen tersebut sedang dibahas,” ujar Lavrov dalam wawancara dengan surat kabar Kommersant yang dirilis Senin malam (14/4/2025).
Lavrov juga mengingatkan bahwa harapan Moskow terhadap potensi kesepakatan damai telah dikemukakan oleh Putin sejak Juni tahun lalu.
Ia menegaskan bahwa posisi Rusia dalam negosiasi didasarkan pada Piagam PBB, konvensi internasional, serta hasil referendum yang digelar di wilayah-wilayah Ukraina yang kini telah dianeksasi oleh Rusia sejak 2022.
Konflik antara Rusia dan Ukraina kini telah memasuki tahun keempat, dengan pertempuran masih berlangsung di sejumlah wilayah timur dan selatan Ukraina, meskipun berbagai upaya diplomatik terus dilakukan untuk menghentikan perang yang telah memakan banyak korban jiwa dan merusak infrastruktur sipil di kedua negara.