PUBLIKAINDONESIA.COM, ACEH – Organisasi masyarakat Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB) Jaya yang selama ini memiliki struktur kepengurusan di Provinsi Aceh resmi dibubarkan. Keputusan ini diumumkan langsung oleh Sekretaris DPD GRIB Jaya Aceh, Tata Pase.

Pembubaran ini, menurut Tata, didasari oleh hasil musyawarah internal pengurus setelah masa mandat kepengurusan berakhir pada 11 November 2024, dan diputuskan untuk tidak diperpanjang.
Selain itu, persyaratan administrasi yang semakin membebani dari pengurus pusat turut memperlemah semangat kader di daerah.
“Mandat kami telah selesai dan tidak diperpanjang. Selain itu, syarat administrasi dari pusat justru semakin membebani dan melemahkan semangat kader di daerah,” ungkap Tata Pase.
Tak hanya itu, gaya kepemimpinan Ketua Umum GRIB Jaya, Hercules Rozario Marshal, juga menjadi sorotan tajam. Tata menilai, sikap Hercules dalam merespons isu-isu nasional tidak mencerminkan kebijaksanaan, bahkan berpotensi memecah belah masyarakat.
“Kami kecewa. Gaya kepemimpinan Ketua Umum yang terlalu arogan dalam menyikapi berbagai isu nasional sangat menciderai semangat persatuan dan kesatuan,” tegasnya.
Setelah DPD GRIB Aceh resmi dibubarkan, langkah serupa kini diikuti oleh sejumlah DPC (Dewan Pimpinan Cabang), termasuk GRIB DPC Nagan Raya.
Bendahara sekaligus juru bicara GRIB DPC Nagan Raya menyampaikan bahwa pembubaran organisasi di wilayahnya juga dilatarbelakangi oleh ketidakpastian arah organisasi dan praktik premanisme yang masih terlihat di tubuh GRIB, terutama di pusat.
“Aksi-aksi anggota GRIB di pusat yang masih mengedepankan gaya premanisme jelas menimbulkan antipati dan potensi konflik di tengah masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua GRIB DPC Nagan Raya Teuku Jamalul Ade, didampingi Sekretaris Jenderal Hasan, menegaskan bahwa GRIB di wilayahnya sudah tidak lagi aktif dan dibubarkan secara resmi.
“Jika ada warga yang masih mengaku-ngaku sebagai anggota GRIB Jaya di Nagan Raya, bisa dipastikan itu bukan bagian dari kami. GRIB-Jaya Nagan Raya sudah resmi kami bubarkan,” tandas Jamalul.
GRIB Jaya sendiri merupakan organisasi yang dipimpin oleh Hercules Rozario Marshal, figur kontroversial yang kerap dikaitkan dengan aksi-aksi keras di lapangan.
Belakangan, GRIB juga tercatat terlibat konflik dengan sejumlah ormas dan tokoh purnawirawan, memperuncing polemik internal organisasi ini di berbagai daerah.
Pembubaran DPD dan DPC GRIB Jaya di Aceh menjadi sinyal kuat bahwa ketidakpuasan terhadap kepemimpinan pusat kian meluas, dan bisa berdampak lebih jauh terhadap keberlangsungan ormas ini secara nasional.