PUBLIKAINDONESIA.COM, TABALONG – Kisah asmara segitiga berujung panas antara dua pria di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, akhirnya berakhir di kantor polisi.

Dua pria berinisial FIT (42), warga Desa Batu Pulut, dan AL (33), warga Desa Santuun, terpaksa harus berurusan dengan hukum setelah keduanya saling lapor ke Polres Tabalong karena kasus dugaan penganiayaan yang dipicu oleh kecemburuan terhadap seorang wanita pemilik warung berinisial SN.
Cerita bermula pada Sabtu siang, 19 April 2025, ketika AL merasa curiga karena pesan dan panggilan teleponnya kepada SN tak kunjung direspons.
Tak kuasa menahan rindu dan cemburu, ia kemudian nekat mendatangi warung milik SN di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Haruai. Namun, saat tiba di lokasi, warung dalam keadaan tertutup.
Penasaran, AL kemudian mengintip dari sela jendela, dan betapa terkejutnya dia saat melihat sang pujaan hati tengah bermesraan dengan pria lain, yang tak lain adalah FIT.
Dibakar api cemburu, AL langsung mendobrak pintu warung dan menyerang FIT secara membabi buta.
FIT yang terkejut dan dalam kondisi terdesak, berlari ke dapur dan menemukan sebatang kayu. Dalam upaya membela diri, ia pun memukul balik AL.
Akibat perkelahian tersebut, keduanya mengalami luka-luka dan sama-sama merasa menjadi korban.
AL lebih dulu melapor ke polisi atas dugaan penganiayaan. Tak terima dengan laporan tersebut, FIT pun membalas dengan laporan serupa karena mengalami luka akibat pukulan AL.
“Pemicu kejadian ini adalah kecemburuan. Saat AL tak mendapatkan respons dari SN, dia mendatangi warung dan melihat pemandangan yang membuat emosinya meledak,” jelas Kasi Humas Polres Tabalong, IPTU Joko Sutrisno, dalam keterangannya.
Sementara itu, wanita berinisial SN yang menjadi sumber permasalahan ini, kini hanya berstatus sebagai saksi dalam perkara tersebut.
Polres Tabalong saat ini masih mendalami kasus ini secara objektif, termasuk memeriksa rekam jejak komunikasi dan kronologi kejadian yang menyebabkan dua pria dewasa ini berakhir di ranah hukum akibat drama cinta segitiga yang tak terkendali.