Close Menu
Publika Indonesia
    What's Hot

    Irwansyah Resmi Jadi Dekan FISIP ULM, Ini Pesan Gubernur Kalsel

    30/12/2025

    Lebih dari 200 Rumah Terendam, Bupati Banjar Pastikan Warga Tetap Terlayani

    30/12/2025

    Hari ke-4 Operasi SAR, Pelatih Valencia CF Masih Hilang di Labuan Bajo

    30/12/2025

    Sempat Dikira Korban Banjir, Jasad Perempuan Ditemukan di Sungai Balangan

    30/12/2025

    John Herdman, Pelatih Baru Timnas Indonesia?

    30/12/2025
    Publika Indonesia
    • Home
    • Hukum
    • Kriminal
    • pemilu
    • Ekonomi
      1. Wisata
      2. Health
      3. View All

      Pecinta Travelling Wajib Tahu! Jelajah Semua Pulau di Indonesia Bisa Habiskan Separuh Hidupmu

      06/10/2025

      Duta Mall Soft Opening, Wakil Wali Kota: Duta Mall Bukan Cuma Tempat Belanja, Tapi Peluang Emas Warga Palangka Raya

      04/10/2025

      Aroya Cruise, Kapal Pesiar Halal Pertama di Dunia Hadirkan Pengalaman Haji dan Umrah Lewat Laut

      03/10/2025

      Pulau Suwangi Siap Menyapa Dunia: Wisata Baru Tanah Bumbu!

      12/09/2025

      Balangan Health Run 4K, Cara Seru Warga Balangan Jaga Kesehatan

      15/12/2025

      Indonesia Siap Cetak Sejarah, Tim Muhammadiyah Dilirik WHO Jadi Pasukan Medis Dunia

      27/10/2025

      Workshop Nasional Kefarmasian 2025: Apoteker Didorong Jadi Garda Terdepan Atasi Hipertensi

      09/10/2025

      Sayur MBG di Tala Ditemukan Ada Ulat, Murid Ogah Makan, Ini Respon Pengawas

      06/10/2025

      Harga Emas Merosot Lagi, Jual Sekarang atau Tahan?

      30/12/2025

      Putusan MA 1996 viral Lagi! Ini Hak Debitur Kredit Macet yang Sering Disembunyikan

      20/11/2025

      Dislutkan Kalsel Pastikan Stok Ikan dan Harga Stabil, Ini Daftar Lengkapnya dari Pelabuhan Perikanan Banjarmasin

      05/11/2025

      Produksi Minyak Ngebut, Impor Solar Bakal Tamat

      05/11/2025
    • Nusantara
      • Banjarbaru
      • Banjarmasin
      • Kabupaten Banjar
      • Kalimantan Selatan
      • Tanah Bumbu
    • Olahraga
    Subscribe
    Trending Topics:
    • Tim Redaksi
    • Pedoman Media Siber
    • SOP Perlindungan Wartawan
    • Tentang Kami
    Publika Indonesia
    • Tim Redaksi
    • Pedoman Media Siber
    • SOP Perlindungan Wartawan
    • Tentang Kami
    Beranda » Beranda » Banjir di KALSEL Adalah Kejahatan Ekologis: Menagih Tanggung Jawab Negara

    Banjir di KALSEL Adalah Kejahatan Ekologis: Menagih Tanggung Jawab Negara

    Tim PublikaTim Publika28/12/2025

    PUBLIKAINDONESIA.COM, BANJARBARU – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Kalimantan Selatan menegaskan bahwa banjir yang kembali melanda sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan bukan bencana alam, melainkan kejahatan ekologis yang lahir dari gagalnya kebijakan tata kelola lingkungan oleh negara, kegagapan mitigasi bencana, kerakusan korporasi, dan pembiaran sistematis terhadap kerusakan lingkungan.

    Krisis iklim global memang nyata, namun di Kalimantan Selatan dampaknya dilipatgandakan oleh kehancuran ekosistem akibat industri ekstraktif yang terus diberi karpet merah oleh negara. Curah hujan tinggi hanya menjadi pemicu, sementara akar masalahnya adalah rusaknya daya dukung dan daya tampung lingkungan akibat deforestasi, tambang, perkebunan monokultur skala besar, dan PBPH.

    Negara Memperparah Krisis dengan Kebijakan Eksploitatif

    WALHI menilai pemerintahan Prabowo–Gibran tidak menunjukkan komitmen nyata dalam penyelamatan lingkungan hidup. Sebaliknya, berbagai kebijakan atas nama pembangunan, pangan, energi, dan pertahanan justru mempercepat perampasan ruang hidup rakyat dan memperdalam krisis ekologis.

    Di tingkat global, pertemuan iklim seperti Conference of the Parties (COP), termasuk COP 30 di Brasil, gagal total menjawab krisis iklim. Kesepakatan yang dihasilkan tidak menyentuh sumber emisi dan perusakan, melainkan hanya memoles wajah kapitalisme hijau melalui berbagai skema solusi palsu.

    REDD+ dan Perdagangan Karbon adalah Solusi Palsu yang Menipu Publik

    Di Kalimantan Selatan, program REDD+ dan skema perdagangan karbon justru menjadi bagian dari masalah, bukan solusi. Program ini tidak menghentikan deforestasi dan perusakan, melainkan mengubah hutan menjadi komoditas baru bagi pasar karbon global.

    REDD+ memberi ruang bagi negara maju dan korporasi perusak lingkungan untuk terus mencemari dan merusak wilayah lain, sambil mengklaim pengurangan emisi dari hutan yang pada kenyataannya sudah lama dijaga oleh masyarakat adat dan lokal. Tanpa REDD+ sekalipun, hutan-hutan rakyat telah berfungsi sebagai penyerap karbon alami.

    WALHI menegaskan bahwa kerusakan lingkungan tidak bisa ditebus dengan sertifikat karbon. Seharusnya, pelaku perusakan melakukan pemulihan di lokasi kerusakan, bukan memindahkan tanggung jawab ke wilayah lain dan mengorbankan ruang hidup masyarakat.

    Kalimantan Selatan dalam Kondisi Darurat Ekologis

    Berdasarkan Catatan Akhir Tahun (CATAHU) WALHI Kalimantan Selatan 2025, kondisi lingkungan di Kalsel telah melewati batas aman. Dari total luas wilayah sekitar 3,7 juta hektar, sebanyak 51,57 persen atau sekitar 1,9 juta hektar telah dikuasai dan dibebani izin industri ekstraktif.

    Luasan ini setara hampir 29 kali luas DKI Jakarta, mencerminkan skala perampasan ruang hidup yang masif dan brutal. Sementara itu, sisa tutupan hutan primer di Kalimantan Selatan hanya sekitar 49.958 hektar, angka yang sangat timpang dibandingkan luas konsesi tambang, sawit, dan kehutanan.

    Kondisi inilah yang menjadi akar berulangnya banjir, longsor, krisis air bersih, dan hilangnya sumber penghidupan rakyat. Banjir hari ini adalah akibat langsung dari kebijakan yang membiarkan alam dihancurkan.

    Pemerintah Hanya Sibuk Mengelola Dampak, Bukan Menghentikan Penyebab

    Setiap tahun pemerintah hanya sibuk pada penanggulangan bencana, distribusi bantuan, dan normalisasi sungai, tanpa pernah berani menyentuh penyebab utama bencana itu sendiri. Evaluasi dan pencabutan izin industri ekstraktif terus ditunda, seolah negara menunggu jatuhnya korban jiwa lebih banyak baru bertindak.

    Bahkan dalam banyak peristiwa bencana ekologis, pemerintah enggan menetapkan status bencana yang layak, sehingga masyarakat kehilangan hak atas pemulihan, perlindungan, dan keadilan pascabencana.

    Lambatnya Tindakan Tegas Aparat dalam Sektor Ekstraktif

    WALHI Kalimantan Selatan menilai buruknya dampak lambatnya tindakan aparat dalam sektor ekstraktif ilegal yang mengakibatkan masifnya eksploitasi dan kerusakan. Aparat penegak hukum (APH) mestinya menindak tegas, cepat, dan tepat alih-alih lamban dan terkesan nirinisiatif dalam penindakan.

    Tuntutan WALHI Kalimantan Selatan

    WALHI Kalimantan Selatan menuntut:

    1.Hentikan seluruh perluasan dan operasi industri ekstraktif yang merusak lingkungan di Kalimantan Selatan.

    2.Evaluasi dan cabut izin-izin bermasalah tanpa menunggu bencana dan korban jiwa.

    3.Hentikan program solusi palsu krisis iklim, termasuk REDD+ dan perdagangan karbon yang mengorbankan masyarakat dan menutupi kejahatan ekologis.

    4.Pulihkan lingkungan berbasis keadilan ekologis dan pengakuan wilayah kelola rakyat.

    5.Penegakan hukum yang tegas pada perusak lingkungan.

    Banjir di Kalimantan Selatan adalah peringatan keras bahwa krisis ekologis telah menjadi kenyataan pahit. Selama negara terus berpihak pada korporasi dan menjadikan solusi palsu sebagai tameng, bencana akan terus diproduksi dan rakyat akan terus menjadi korban.

    Share. Facebook WhatsApp Twitter LinkedIn Email

    Related Posts

    Irwansyah Resmi Jadi Dekan FISIP ULM, Ini Pesan Gubernur Kalsel

    30/12/2025

    Lebih dari 200 Rumah Terendam, Bupati Banjar Pastikan Warga Tetap Terlayani

    30/12/2025

    Hari ke-4 Operasi SAR, Pelatih Valencia CF Masih Hilang di Labuan Bajo

    30/12/2025
    Add A Comment
    Leave A Reply Cancel Reply

    Berita Terbaru

    Irwansyah Resmi Jadi Dekan FISIP ULM, Ini Pesan Gubernur Kalsel

    30/12/2025

    Lebih dari 200 Rumah Terendam, Bupati Banjar Pastikan Warga Tetap Terlayani

    30/12/2025

    Hari ke-4 Operasi SAR, Pelatih Valencia CF Masih Hilang di Labuan Bajo

    30/12/2025

    Sempat Dikira Korban Banjir, Jasad Perempuan Ditemukan di Sungai Balangan

    30/12/2025
    Berita Pilihan
    Banjarmasin

    Irwansyah Resmi Jadi Dekan FISIP ULM, Ini Pesan Gubernur Kalsel

    30/12/2025 Banjarmasin

    PUBLIKAINDONESIA.COM, BANJARMASIN – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) resmi…

    Lebih dari 200 Rumah Terendam, Bupati Banjar Pastikan Warga Tetap Terlayani

    30/12/2025

    Hari ke-4 Operasi SAR, Pelatih Valencia CF Masih Hilang di Labuan Bajo

    30/12/2025

    Sempat Dikira Korban Banjir, Jasad Perempuan Ditemukan di Sungai Balangan

    30/12/2025

    Recent Posts

    • Irwansyah Resmi Jadi Dekan FISIP ULM, Ini Pesan Gubernur Kalsel
    • Lebih dari 200 Rumah Terendam, Bupati Banjar Pastikan Warga Tetap Terlayani
    • Hari ke-4 Operasi SAR, Pelatih Valencia CF Masih Hilang di Labuan Bajo
    • Sempat Dikira Korban Banjir, Jasad Perempuan Ditemukan di Sungai Balangan
    • John Herdman, Pelatih Baru Timnas Indonesia?

    Recent Comments

    1. Davidjoish mengenai Kadis Kominfo Banjarbaru Ikuti Forum Komdigi di MUNAS APEKSI Surabaya
    2. Stephennag mengenai Kadis Kominfo Banjarbaru Ikuti Forum Komdigi di MUNAS APEKSI Surabaya
    3. AndrewShusa mengenai Kadis Kominfo Banjarbaru Ikuti Forum Komdigi di MUNAS APEKSI Surabaya
    4. Davidjoish mengenai Kadis Kominfo Banjarbaru Ikuti Forum Komdigi di MUNAS APEKSI Surabaya
    5. Stephennag mengenai Kadis Kominfo Banjarbaru Ikuti Forum Komdigi di MUNAS APEKSI Surabaya
    Januari 2026
    S S R K J S M
     1234
    567891011
    12131415161718
    19202122232425
    262728293031  
    « Des    
    © 2026 - PublikaIndonesia.com
    • Tim Redaksi
    • Pedoman Media Siber
    • SOP Perlindungan Wartawan
    • Tentang Kami

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.