PUBLIKAINDONESIA.COM, ACEH – Pascabencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Provinsi Aceh dalam beberapa pekan terakhir, situasi kian memprihatinkan.


Di tengah beban ekonomi yang semakin berat dan proses pemulihan yang dinilai lamban, masyarakat Aceh secara masif mengibarkan bendera putih sebagai simbol jeritan.
Deretan bendera putih terlihat terpasang di depan rumah warga, titik-titik pengungsian, hingga sepanjang jalan lintas nasional yang melintasi wilayah Aceh Timur, Aceh Tamiang, hingga Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).
Pantauan di lapangan menunjukkan, pemasangan bendera putih mulai marak sejak Minggu, 14 Desember 2025, terutama di Kecamatan Blangpidie, Abdya.
Beberapa desa yang terlihat mengibarkan bendera putih antara lain Desa Lamkuta, Desa Baharu, Desa Keude Paya, serta desa-desa lainnya di wilayah tersebut.
Warga menyebut, aksi ini bukan bermuatan politik, melainkan bentuk kepasrahan akibat kondisi yang kian sulit pascabencana.
> “Bendera putih ini dipasang sebagai tanda bahwa kami sudah tidak mampu lagi bertahan. Ini bukan aksi politik, tapi jeritan masyarakat kecil,” ujar Syafrullah, salah seorang warga.
Hal senada disampaikan Daniel, warga Bireuen, yang menyebut kondisi di lapangan sudah sangat parah.
> “Di Bireuen, banyak warga dan relawan memasang bendera putih karena tidak tahan dengan situasi yang ada,” ungkapnya.
Bencana yang berlarut-larut turut menghantam sektor ekonomi masyarakat. Banyak warga yang bergantung pada pekerjaan harian dan sektor informal mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan keluarga, sementara biaya hidup terus meningkat tanpa diiringi tambahan penghasilan.
Di sisi lain, Pemerintah Aceh mengambil langkah dengan menyurati dua lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yakni UNDP dan UNICEF, untuk terlibat langsung dalam proses pemulihan pascabencana.
Juru Bicara Pemerintah Aceh, Muhammad MTA, menjelaskan pelibatan kedua lembaga tersebut didasari pengalaman panjang UNDP dan UNICEF dalam penanganan pascabencana tsunami Aceh 2004 silam.
“UNDP dan UNICEF memiliki rekam jejak yang kuat dalam pemulihan pascabencana di Aceh. Karena itu, kami berharap kolaborasi ini dapat mempercepat pemulihan kondisi masyarakat,” kata Muhammad MTA.
Masyarakat berharap, keterlibatan lembaga internasional dapat segera meringankan penderitaan warga, sekaligus memulihkan kehidupan sosial dan ekonomi Aceh yang kini berada di titik krisis.
