PUBLIKAINDONESIA.COM, JAKARTA – Pasar saham Indonesia lagi-lagi bikin deg-degan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tiba-tiba runtuh lebih dari 3,5% pada perdagangan sesi I hari ini, Senin (27/10/2025).

Hingga pukul 11.30 WIB, IHSG bergerak di rentang 7.959,17–8.354,67. Lebih dari 500 saham terjun bebas, dan kapitalisasi pasar hilang Rp 639 triliun hanya dalam hitungan menit.

Berdasarkan data RTI Business, IHSG ditutup melemah 2,94% ke level 8.028,33 pada akhir sesi I. Bahkan sempat jatuh lebih dalam ke 7.965,47 atau minus 3,70% di pukul 11.07 WIB.
🏦 Saham Konglomerat Jadi “Tersangka Utama”
Mengutip data Refinitiv, seluruh sektor berada di zona merah.
Saham-saham milik para konglomerat jadi penarik utama kejatuhan indeks.
- Dian Swastatika Sentosa (DSSA) milik grup Sinar Mas berkontribusi -30,12 poin terhadap indeks.
- Sementara saham-saham milik Prajogo Pangestu menyumbang penurunan total -61,78 poin.
- BREN turun tajam hingga ke level 7.800 (-29,5 poin).
- BRPT ikut melorot ke 3.170 (-21,2 poin).
“Isunya karena perubahan perhitungan MSCI. Ada kabar saham Prajogo bisa terdepak dari indeks, padahal belum ada pengumuman resmi, Investor langsung panik dan ramai-ramai jualan” ungkap Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori.
📆 Menanti Pengumuman Resmi MSCI
Sebagai informasi, MSCI akan mengumumkan indeks terbarunya pada 5 November 2025, dan akan berlaku efektif mulai 25 November 2025. Meski baru rumor, kabar ini sudah cukup untuk memicu panic selling besar-besaran di bursa.
💬 Analis: Dari Konglomerat ke Blue Chip
Menurut Lukman Leong, analis Doo Financial Futures, penurunan ini cukup mengejutkan karena terjadi setelah IHSG sempat mencetak rekor tertinggi (All Time High).
“Penurunannya sangat cepat dan besar. Padahal sentimen global sedang positif,” kata Lukman.
Ia menilai ada pergeseran minat investor dari saham konglomerat ke emiten blue chip yang dianggap lebih stabil. Namun, pergeseran ini belum cukup kuat untuk menahan kejatuhan indeks.
“Bukan kabur total, tapi investor mulai shifting ke indeks regional lain.
Ekspektasi meredanya tensi dagang China–AS bisa jadi sinyal baik buat saham-saham fundamental kuat,” tambahnya.
🌏 Ironi Bursa Asia: Semua Menguat, Indonesia Sendiri Tumbang
Kontras dengan IHSG yang berdarah-darah, bursa saham Asia-Pasifik justru kompak menguat.
- Nikkei 225 Jepang menembus rekor 50.000 poin, naik 2% tertinggi sepanjang sejarah.
- Topix melesat 1,61%,
- Kospi Korea Selatan naik 1,72%,
- Shanghai Composite menambah 1,04%,
- dan Hang Seng Hong Kong melesat 1,02% ke 26.427,34.
Artinya, hanya pasar Indonesia yang tersandung, padahal sentimen global tengah “risk-on” alias investor sedang berani ambil risiko.
📊 Asing Masih Jualan, IHSG Tertekan
Sementara itu, data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, investor asing sempat beli bersih Rp 1,15 triliun pada Jumat (24/10). Namun secara tahunan, investor asing masih mencatatkan net sell Rp 47,3 triliun sepanjang 2025. Dengan tekanan jual asing yang berlanjut dan rumor MSCI yang belum jelas, pasar pun masih berada di mode “waspada tinggi.”
Dari Euforia ke Euforia Palsu
Dari pagi sempat hijau ke zona merah pekat, IHSG menunjukkan betapa rentannya pasar terhadap rumor dan kepanikan. Meski sektor global sedang optimistis, investor domestik sepertinya masih dilanda trauma volatilitas.
Jika kabar MSCI terbukti hanya isu, bisa jadi IHSG akan rebound cepat.
Tapi kalau rumor benar, siap-siap bursa bisa makin bergejolak dalam beberapa pekan ke depan.

