PUBLIKAINDONESIA.COM, INTERNASIONAL – Amerika Serikat dikabarkan telah mengerahkan secara besar-besaran armada pesawat aerial refueling tanker dari berbagai pangkalan di seluruh negeri menuju kawasan timur, melintasi Samudera Atlantik. Pergerakan yang terekam oleh perangkat flight-tracking pada 17 Juni 2025 itu melibatkan lebih dari dua lusin pesawat pengisian bahan bakar di udara, sebuah langkah yang dinilai sangat tidak biasa dan memicu spekulasi global.

Langkah ini terjadi di tengah meningkatnya tensi geopolitik ekstrem di Timur Tengah, khususnya konflik antara Israel dan Iran yang kian memanas. Meskipun tidak ada pernyataan resmi dari pihak militer AS terkait tujuan pasti pengerahan tersebut, para analis menyebutnya sebagai sinyal kuat bahwa Washington sedang menyiapkan opsi keterlibatan yang lebih besar dalam krisis tersebut.

Salah satu kemungkinan yang mencuat adalah bahwa pesawat tanker tersebut akan digunakan untuk mendukung Operasi Rising Lion, operasi ofensif udara yang dijalankan Israel terhadap Iran. Dukungan pengisian bahan bakar di udara akan menjadi komponen krusial dalam memperluas jangkauan dan efektivitas serangan udara Israel.
Sebagai catatan, saat ini Angkatan Udara Israel (IAF) hanya memiliki sekitar 14 pesawat tanker masing-masing 7 unit Boeing 707 dan KC-130 Hercules yang berusia tua untuk mendukung ratusan pesawat tempur jika ingin melancarkan serangan strategis ke wilayah Iran. Dengan kemampuan terbatas itu, kehadiran pesawat tanker tambahan dari AS dapat secara signifikan mengubah dinamika kekuatan udara di kawasan tersebut.
Lebih dari sekadar memperpanjang jangkauan, pesawat tanker udara memungkinkan IAF mempertahankan keunggulan di udara lebih lama dan lebih agresif, termasuk dalam misi-misi memburu serta mencegat rudal balistik Iran sebelum diluncurkan salah satu prioritas utama jika konflik meningkat lebih jauh.
Meskipun sejumlah sumber menyebutkan bahwa AS dan sekutunya tengah bersiap melakukan latihan militer multinasional di Norwegia dalam waktu dekat, jumlah pengerahan pesawat tanker ini dinilai jauh melampaui kebutuhan sebuah latihan militer reguler.
Situasi ini menempatkan Amerika Serikat di persimpangan strategis antara tetap menjaga posisi netral atau secara aktif mendukung sekutunya, Israel, dalam menghadapi Iran. Apakah ini hanya bentuk kesiapsiagaan atau pertanda keterlibatan langsung, dunia saat ini menanti langkah lanjutan dari Washington di tengah krisis yang berpotensi membesar menjadi konflik regional yang lebih luas.