PUBLIKAINDONESIA.COM, BANJARBARU – Usaha ternak lele makin dilirik masyarakat karena skalanya yang fleksibel dan hasilnya menjanjikan. Salah satu metode yang sedang naik daun adalah sistem bioflok, teknik modern berbasis mikroorganisme yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga hemat tempat dan biaya.

Metode bioflok memungkinkan pembudidaya lele memulai usaha dari rumah dengan lahan terbatas. Kolam berbahan terpal bundar atau persegi bisa dibangun di pekarangan kecil, dan sistem ini tak memerlukan keahlian teknis tinggi. Bagi pemula, ini adalah pintu masuk menjanjikan ke dunia budidaya ikan air tawar.

“Dengan modal sekitar tiga jutaan, sudah bisa memulai satu kolam bioflok skala rumahan. Ini cocok banget untuk yang baru ingin belajar,” ujar drh. Andi Permana, pelatih budidaya bioflok di Yogyakarta.
Hemat Pakan dan Lahan, Cocok untuk Pemula
Keunggulan utama sistem bioflok adalah efisiensi pakan. Mikroorganisme yang ditambahkan dalam kolam akan mengubah limbah sisa pakan dan kotoran menjadi flok, semacam gumpalan mikro yang dapat dikonsumsi langsung oleh ikan lele. Ini membantu menghemat biaya pakan hingga 30%.
Tak hanya itu, padat tebar yang tinggi juga menjadi daya tarik. Bioflok memungkinkan menampung hingga 1.000 ekor lele per meter kubik air. Dalam satu siklus budidaya 75–90 hari, hasil panen bisa mencapai 90–100 kilogram per kolam.
“Pola makan jadi lebih optimal, air kolam tidak cepat kotor, dan hasil panen bisa jauh lebih maksimal dibandingkan metode biasa,” tambah Andi.
Modal Ringan dan Potensi Besar
Berikut estimasi modal awal untuk 1 kolam bioflok skala rumahan:
-
Kolam terpal diameter 2 meter: Rp1.000.000
-
Aerator + pompa udara: Rp300.000
-
Probiotik/starter bioflok: Rp150.000
-
Benih lele (1.000 ekor): Rp250.000
-
Pakan selama 3 bulan: Rp1.000.000
-
Peralatan tambahan: Rp300.000
Total: Sekitar Rp3.000.000
Modal ini bisa disesuaikan tergantung kapasitas dan kualitas bahan yang digunakan. Menurut Andi, satu kolam saja cukup untuk tahap awal, sembari mempelajari teknik dan pola perawatan yang tepat.
Permintaan Lele Stabil, Peluang Usaha Terbuka Luas
Lele dikenal sebagai ikan konsumsi dengan permintaan tinggi di Indonesia. Dagingnya digemari berbagai kalangan karena murah, bergizi, dan mudah diolah. Puncak permintaan biasanya terjadi saat Ramadan, Iduladha, atau awal tahun ajaran baru.
Selain dijual segar, lele juga bisa diolah menjadi produk turunan seperti abon lele, lele asap, hingga nugget. Dengan demikian, usaha ini dapat berkembang ke sektor hilir (pengolahan makanan) yang membuka potensi nilai tambah.
“Permintaan lele itu stabil. Jadi kalau dikelola dengan benar, usaha ini bisa jadi sumber penghasilan yang berkelanjutan,” ujar Roni, peternak lele bioflok di Bogor.
Tips Sukses Budidaya Bioflok:
-
Persiapkan kolam dengan benar, lengkap dengan aerasi dan biofilter.
-
Gunakan probiotik berkualitas untuk memicu pertumbuhan flok mikroba.
-
Pantau kualitas air secara rutin (pH, amonia, suhu, oksigen).
-
Atur jadwal pemberian pakan dan sesuaikan dengan pertumbuhan flok.
-
Gunakan aplikasi atau catatan manual untuk monitoring dan evaluasi harian.
Sistem bioflok kini makin mudah diakses berkat banyaknya pelatihan daring, bantuan peralatan dari pemerintah daerah, hingga komunitas peternak yang aktif berbagi ilmu.
Dengan pendekatan tepat, budidaya lele bioflok bukan sekadar tren, tapi peluang usaha jangka panjang yang menguntungkan bahkan dari rumah sendiri.