PUBLIKAINDONESIA.COM – Masa transisi dari remaja menuju dewasa ternyata tidak lagi berhenti di usia 18 atau 21 tahun. Dalam studi yang dipublikasikan di The Lancet Child & Adolescent Health, sejumlah ilmuwan mengungkap bahwa perkembangan otak dan kedewasaan emosional manusia baru benar-benar matang di usia 30 hingga 34 tahun.

Penelitian yang dilakukan oleh Sawyer, Azzopardi, Wickremarathne, dan Patton (2018) menunjukkan bahwa area otak yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan, kontrol diri, dan regulasi emosi terus berkembang hingga usia 30-an.
Hal ini menantang pandangan lama yang menyebutkan bahwa seseorang dianggap telah dewasa sepenuhnya saat mencapai usia 18 atau 21 tahun.
Selain aspek biologis, faktor sosial juga memainkan peran penting. Pendidikan yang lebih panjang, tantangan ekonomi, serta keterlambatan dalam mencapai kemandirian finansial, menikah, atau memiliki pekerjaan tetap, membuat banyak orang mengalami masa ketergantungan lebih lama dibanding generasi sebelumnya.
“Secara sosial dan biologis, remaja zaman sekarang menghadapi kompleksitas yang jauh lebih besar. Tidak heran jika kedewasaan pun datang lebih lambat,” tulis para peneliti.
Berdasarkan temuan ini, para ahli mengusulkan untuk memperluas batas usia remaja dari rentang 10 hingga 19 tahun menjadi 10 hingga 24 tahun. Bahkan, para peneliti seperti Sarah-Jayne Blakemore dan Peter Jones dari Universitas Cambridge menambahkan bahwa usia dewasa awal bisa diperpanjang hingga usia 30–34 tahun.
Dengan demikian, kegelisahan dan ketidakstabilan yang sering dirasakan oleh orang-orang usia 20-an bukanlah sebuah kegagalan, melainkan bagian alami dari proses perkembangan manusia.
Studi ini pun diharapkan dapat membuka perspektif baru dalam merumuskan kebijakan pendidikan, kesehatan mental, hingga ketenagakerjaan yang lebih adaptif terhadap realita perkembangan generasi muda saat ini.