PUBLIKAINDONESIA.COM, TANJUNG BALAI – Upaya penyelundupan 29 Pekerja Migran Indonesia (PMI) ilegal ke Malaysia berhasil digagalkan oleh Tim Subdit Patroli Air Ditpolair Korpolairud Baharkam Polri dalam sebuah operasi laut di Perairan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.

Dari hasil penindakan, petugas menemukan 19 WNI, 9 warga negara Bangladesh, dan 1 bayi, yang semuanya tengah bersiap diberangkatkan secara ilegal oleh sindikat pengiriman tenaga kerja gelap lintas negara.

Selain menyelamatkan para calon migran, polisi juga menangkap seorang tekong kapal berinisial MFL (21), warga Teluk Nibung, Tanjung Balai. Turut diamankan 1 unit kapal motor tanpa nama bermesin Hyundai 4 silinder dan 1 unit telepon genggam merek Redmi yang diduga digunakan dalam aksi penyelundupan ini.
🎙️ Komitmen Polri: Lindungi Warga, Jaga Kedaulatan
Brigjen Pol Idil Tabransyah, SH., M.M., Direktur Polisi Perairan Korpolairud Baharkam Polri, menegaskan bahwa penindakan ini merupakan bentuk nyata komitmen Polri dalam memerangi tindak pidana perdagangan orang dan penyelundupan pekerja migran.
“Kami akan terus berupaya memberantas sindikat pengiriman pekerja migran ilegal. Ini bukan hanya soal penegakan hukum, tapi juga perlindungan terhadap warga negara dan kedaulatan negara,” tegas Brigjen Idil.
⚖️ Ancaman Hukuman Berat untuk Tekong
Tersangka MFL kini dijerat dengan sejumlah pasal berat, yaitu:
- Pasal 83 jo Pasal 68 dan Pasal 81 jo Pasal 69 UU No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan PMI
- Pasal 120 UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yang telah diubah dengan UU No. 63 Tahun 2024
- jo Pasal 55 atau Pasal 56 KUHP
Jika terbukti bersalah, MFL bisa menghadapi hukuman penjara hingga 10 tahun dan denda maksimal Rp15 miliar.
PMI Diselamatkan, Proses Lanjutan Diserahkan ke Instansi Terkait
Seluruh PMI ilegal yang berhasil diamankan kini telah diserahkan kepada instansi terkait untuk menjalani proses pendataan, pemeriksaan, dan penanganan lanjutan sesuai prosedur yang berlaku.
Kepolisian berharap kasus ini menjadi peringatan keras bagi para pelaku sindikat pengiriman tenaga kerja ilegal yang kerap memanfaatkan jalur laut sebagai rute penyelundupan.
