PUBLIKAINDONESIA.COM – Ketegangan di perbatasan Thailand–Kamboja kembali memanas dan meledak menjadi bentrokan bersenjata pada Kamis (24/7/2025), menjadikannya konflik militer paling sengit antara kedua negara dalam lebih dari satu dekade terakhir. Ledakan artileri, serangan udara jet tempur F-16, dan roket BM-21 menyelimuti kawasan perbatasan dalam eskalasi yang mengkhawatirkan dunia.

Pertempuran ini dipicu oleh rangkaian insiden mematikan sejak Mei lalu. Ketegangan kian tak terbendung setelah lima tentara Thailand tewas akibat ledakan ranjau pada akhir Juni, menyusul peristiwa sebelumnya yang menewaskan seorang tentara Kamboja.

Enam Titik Perbatasan Membara
Menurut sumber militer, bentrokan hari Kamis menyebar ke setidaknya enam titik perbatasan. Kamboja dilaporkan meluncurkan roket BM-21 Grad dan serangan artileri berat, sementara Thailand merespons dengan serangan udara strategis menggunakan jet tempur F-16, menyasar basis militer Kamboja.
Korban Jiwa dan Krisis Kemanusiaan
Konflik ini telah menyebabkan korban jiwa di kedua belah pihak. Di Thailand, 14 hingga 16 orang dilaporkan tewas, termasuk seorang tentara dan beberapa anak-anak. Di pihak Kamboja, setidaknya satu warga sipil tewas dan lima lainnya luka-luka.
Lebih dari 130.000 warga sipil terpaksa mengungsi, meninggalkan rumah mereka demi keselamatan.
Fasilitas Vital dan Situs Budaya Terkena Dampak
Dampak konflik tak hanya menghantam warga sipil, tetapi juga infrastruktur penting.
-
Rumah Sakit Phanom Dong Rak di Thailand mengalami kerusakan parah akibat tembakan lintas batas.
-
Beberapa sekolah dan situs budaya, termasuk candi yang menjadi objek sengketa seperti Preah Vihear dan Ta Muen Thom, ikut terdampak langsung dari gempuran senjata berat.
Sengketa Abadi, Luka Lama Terbuka Kembali
Sengketa ini berakar pada peta tahun 1907 antara Prancis dan Siam (Thailand), yang kabur dalam batas wilayah, terutama terkait kawasan candi Preah Vihear. Meskipun Mahkamah Internasional (ICJ) telah menetapkan candi tersebut sebagai bagian dari Kamboja pada 1962 dan ditegaskan kembali pada 2013, wilayah sekitarnya tetap menjadi sumber konflik yang belum tuntas.
Analisis terbaru menyebut ketegangan politik internal turut memperkeruh suasana. Runtuhnya hubungan antara dinasti politik Shinawatra di Thailand dan keluarga Hun di Kamboja dituding sebagai pemicu eskalasi diplomatik. Negosiasi pribadi yang bocor ikut memanaskan hubungan kedua negara.
Perang Dingin Diplomatik dan Retaliasi Ekonomi
Kedua negara kini terlibat dalam perang dingin diplomatik:
-
Duta besar masing-masing telah diusir, dan misi diplomatik ditutup.
-
Kamboja menghentikan impor energi dari Thailand sejak 22 Juni, sementara Thailand membalas dengan pembatasan akses internet, listrik, dan penutupan sejumlah jalur perbatasan.
Dunia Internasional Serukan Damai, ASEAN Menawarkan Mediasi
Dewan Keamanan PBB telah menggelar rapat darurat dan menyerukan gencatan senjata segera.
Malaysia, sebagai ketua ASEAN tahun ini, menawarkan diri menjadi mediator. Namun, Thailand masih menolak mediasi pihak ketiga, memilih opsi dialog bilateral yang belum kunjung terlaksana.
Para analis memperingatkan bahwa konflik ini berpotensi melebar menjadi perang terbuka, terlebih dengan mulai digunakannya cluster munitions dan operasi militer skala besar, yang menandai peningkatan tajam dari bentrokan sebelumnya.
🔍 Fakta Penting Konflik Thai–Kamboja 2025
Aspek | Detail |
---|---|
Lokasi Sengketa | Preah Vihear, Ta Muen Thom, Emerald Triangle |
Senjata Digunakan | Artileri, roket BM-21, drone, F-16, cluster munitions |
Korban Jiwa | ≥ 15 warga Thailand, ≥ 1 warga Kamboja |
Jumlah Pengungsi | ≥ 130.000 orang |
Infrastruktur Rusak | Rumah sakit, sekolah, situs budaya |
Status Diplomatik | Duta besar diusir, kerja sama energi dan komunikasi dibekukan |