PUBLIKAINDONESIA.COM, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya dalam mendukung transisi energi nasional dengan mengembangkan proyek pengolahan minyak jelantah menjadi bahan bakar pesawat (used cooking oil to sustainable aviation fuel/USAF). Proyek ini merupakan langkah strategis Pertamina dalam memperluas portofolio energi rendah karbon dan mendukung ketahanan energi nasional.

Melalui sinergi dua anak usahanya, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan PT Pertamina Patra Niaga (PPN), Pertamina menggarap proyek USAF sebagai bagian dari strategi pertumbuhan ganda (dual growth strategy): memperkuat bisnis inti sekaligus membangun bisnis energi masa depan yang berkelanjutan.

“Proyek ini bukan sekadar inovasi energi, tetapi menjadi bukti nyata komitmen kami dalam pengembangan energi hijau dan berkelanjutan,” ujar Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman.
Siap Ekspansi ke Kilang Dumai dan Balongan
Sebagai bentuk konkret dari pengembangan proyek USAF, Pertamina akan memperluas cakupan produksi dari Kilang Cilacap ke Kilang Dumai dan Kilang Balongan. Komitmen tersebut diresmikan melalui penandatanganan pengembangan proyek USAF yang digelar di Grha Pertamina, Jakarta, Senin (26/5/2025).
“Pengembangan ini akan memperkuat kontribusi energi ramah lingkungan dalam sektor aviasi, sejalan dengan target dekarbonisasi nasional dan global,” tambah Taufik.
Jejak Pengembangan Bioavtur Sejak 2020
Pertamina sejatinya sudah memulai langkah awal pengembangan bahan bakar pesawat berkelanjutan (Sustainable Aviation Fuel/SAF) sejak tahun 2020. Melalui Kilang Cilacap, Pertamina sukses memproduksi Bioavtur J2.4 dari palm kernel oil, menjadikannya salah satu pelopor produksi SAF di Indonesia.
Langkah ini kini ditingkatkan dengan inovasi terbaru, yakni menggunakan minyak jelantah sebagai bahan baku utama sekaligus menjawab tantangan pengelolaan limbah dan kebutuhan energi bersih.
Catatan Redaksi:
Proyek USAF dari minyak jelantah menjadi solusi masa depan di tengah tuntutan global akan pengurangan emisi karbon di sektor penerbangan. Langkah Pertamina ini membuka peluang baru bagi pengusaha lokal, masyarakat, hingga pemda untuk ikut berkontribusi dalam rantai pasok energi hijau nasional.