PUBLIKAINDONESIA.COM, JAKARTA – Indonesia diliputi gelombang demonstrasi menentang ketimpangan ekonomi dan kebijakan pemerintahan, yang memicu kerusuhan di sejumlah kota besar.

Pemicunya: Tunjangan Fasilitas Anggota DPR dan Kematian Tragis

Gelombang protes muncul setelah terungkap bahwa 580 anggota DPR menerima tunjangan perumahan mencapai Rp 50 juta per bulan (sekitar USD 3.000), angka yang disebut-sebut sepuluh kali lipat dari upah minimum di Jakarta dan dua puluh kali lebih tinggi dibanding wilayah termiskin negeri . Rasa frustrasi bertambah saat video viral memperlihatkan seorang pengendara ojol, Affan Kurniawan (21), tewas tertabrak kendaraan taktis polisi di Jakarta saat aksi berlangsung.
Meluas Menjadi Bentrokan dan Pembakaran Gedung Pemerintah
Pada Jumat (29/8), unjuk rasa berubah menjadi kekerasan. Di Makassar, setidaknya tiga orang tewas akibat gedung DPRD dibakar oleh massa . Insiden serupa juga terjadi di Bandung, Surabaya, Bali, serta fasilitas pemerintahan dan kepolisian lainnya di berbagai kota.
Respons Pemerintah: Permintaan Maaf, Investigasi, dan Batalnya Lawatan Presiden
Presiden Prabowo Subianto mengaku prihatin dan memerintahkan dilakukan investigasi menyeluruh terhadap kematian Affan Kurniawan. Sebagai bentuk perhatian langsung terhadap konflik, Presiden membatalkan lawatannya ke China, termasuk menghadiri KTT SCO di Tianjin. Sementara itu, tujuh personel polisi kini ditahan terkait insiden tragis tersebut.
Kekhawatiran Efek Politik dan Ekonomi
Ketidakstabilan politik turut memicu tekanan terhadap pasar; indeks saham Jakarta anjlok sekitar 1,5–2%, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,8–1% terhadap dolar AS. Bank Indonesia menyatakan akan melakukan intervensi pasar dan pembelian obligasi untuk menenangkan volatilitas.
Konten Media Sosial Dibatasi
Di tengah eskalasi kekerasan, platform media sosial seperti TikTok menangguhkan fitur siaran langsung di Indonesia untuk sementara waktu demi menjaga keamanan digital. Pemerintah juga telah meminta perwakilan platform seperti Meta dan TikTok untuk memperketat moderasi konten, menuding disinformasi turut memicu demonstrasi.
Analisis: Kekhawatiran Akan Ketimpangan dan Kedekatan Elite dengan Rakyat
Menurut pengamat seperti Andreas Harsono dari Human Rights Watch, rangkaian kejadian ini mencerminkan ketimpangan dan krisis kepercayaan antara rakyat dan pemerintah. Kenaikan tunjangan anggota dewan dianggap simbol ketidakpedulian elite, sementara tindakan represif memicu kemarahan publik yang lebih luas.
Demonstrasi di Indonesia kali ini meletus karena kombinasi ketimpangan ekonomi, kebijakan legislatif kontroversial, dan tindakan aparat yang dianggap berlebihan. Kematian seorang pengemudi ojol jadi pemicu, dan situasi keamanan maupun ekonomi pun semakin diuji.