PUBLIKAINDONESIA.COM, TEHERAN – Ketegangan antara Iran dan Israel kembali memuncak setelah seorang pejabat tinggi Iran mengunggah gambar imajinatif yang menggambarkan wilayah Israel dilanda serangan nuklir. Unggahan kontroversial ini muncul di tengah perang psikologis pasca-konflik bersenjata antara kedua negara yang berlangsung selama 12 hari bulan lalu.

Mehdi Mohammadi, penasihat strategis Ketua Parlemen Iran Mohammad-Bagher Ghalibaf, membagikan gambar tersebut melalui Instagram Story-nya pada Sabtu (12/7). Dalam unggahan itu terlihat dua awan jamur ikon universal ledakan nuklir menutupi wilayah peta Israel.

Meskipun Iran berulang kali menegaskan bahwa negaranya tidak berniat mengembangkan senjata nuklir, gambar tersebut dinilai sebagai sinyal kuat dalam perang urat syaraf terhadap Israel. Dalam pernyataannya, Mohammadi tidak memberikan keterangan eksplisit, namun konteks gambar jelas menyiratkan ancaman.
Unggahan ini menjadi eskalasi simbolis terbaru setelah konflik bersenjata terbuka yang terjadi bulan lalu. Ketegangan diawali oleh serangan rudal dan bom penetrasi dari Israel ke fasilitas nuklir utama Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan, yang kemudian dibalas oleh Iran. Amerika Serikat juga terlibat dalam operasi militer, menargetkan sejumlah titik strategis milik Iran, hingga akhirnya gencatan senjata dicapai dengan mediasi dari Washington.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Newsmax, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa negaranya berhasil menghentikan program nuklir Iran. Ia menuding Teheran tengah berupaya menciptakan senjata pemusnah massal, termasuk rudal balistik antarbenua yang mampu menjangkau wilayah Amerika Serikat.
“Kami menghentikan cara-cara berbahaya ini untuk kelangsungan hidup kami. Kami belum selesai, tetapi Amerika telah memulai sesuatu, dan kami akan menyelesaikannya,” tegas Netanyahu.
Menariknya, Netanyahu juga menyiratkan bahwa rangkaian serangan tersebut membuka peluang bagi perubahan rezim di Iran. Ia menyatakan bahwa harapan untuk perubahan itu kini datang dari rakyat Iran sendiri, bukan dari kekuatan militer eksternal.
“Kalau akan ada pergantian rezim, itu tidak akan datang dari ribuan tentara Israel atau Amerika di lapangan. Itu akan datang dari dalam,” tambahnya.
Sementara itu, para analis politik menilai unggahan Mohammadi sebagai bagian dari respons simbolik Iran terhadap pernyataan Netanyahu dan agresi militer Israel sebelumnya. Meskipun tidak bersifat resmi, pesan tersebut dinilai mewakili sikap keras sebagian kalangan elite Iran.
Di sisi lain, seruan untuk mempertimbangkan opsi senjata nuklir juga pernah muncul dari dalam negeri Iran. Pada Oktober 2024 lalu, sekelompok anggota parlemen menyerukan kepada Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran untuk meninjau ulang doktrin pertahanan dan membuka kemungkinan mengadopsi senjata nuklir secara terbuka.
Meski gencatan senjata telah dicapai, tensi di kawasan Teluk masih sangat tinggi. Retorika keras, propaganda visual, dan saling tuding antara Teheran dan Tel Aviv menunjukkan bahwa “perang diam-diam” masih terus berlanjut dan dunia kini menanti, apakah babak selanjutnya akan tetap simbolis, atau berubah menjadi konflik nyata berskala besar.