PUBLIKAINDONESIA.COM, JAKARTA – Indonesia resmi menyandang status sebagai pengekspor kemenyan (Styrax benzoin) terbesar di dunia, dengan nilai ekspor yang menembus angka Rp847 miliar sepanjang tahun 2024.

Dominasi ini dikonfirmasi oleh data perusahaan riset ekspor-impor Volza yang dirilis per 11 April 2025.
Dalam laporannya, Volza mencatat bahwa pengiriman kemenyan Indonesia secara signifikan melampaui negara pesaing seperti India dan Singapura.
Komoditas yang dikenal juga sebagai benzoin gum ini menunjukkan tren pertumbuhan ekspor yang positif, baik secara tahunan maupun bulanan. Tiga negara tujuan utama ekspor kemenyan Indonesia adalah India, Singapura, dan Uni Emirat Arab.
Total volume ekspor kemenyan Indonesia pada 2024 mencapai 43 ribu ton, dengan nilai lebih dari US\$52 juta.
Kinerja ini tidak hanya mengukuhkan posisi Indonesia di pasar global, tetapi juga membuka peluang besar untuk pengembangan ekonomi lokal.
Komoditas ini memiliki nilai strategis, terutama bagi wilayah Sumatera Utara. Sekitar 30 persen penduduk di Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan menggantungkan hidup dari budidaya kemenyan.
Menyadari potensi tersebut, pemerintah merencanakan program hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing kemenyan Indonesia di pasar global.
Budidaya kemenyan di Sumatera sendiri memiliki sejarah panjang, yang telah berlangsung lebih dari 200 tahun dan tercatat sejak masa kolonial Belanda.
Sebuah studi dari CIFOR-ICRAF tahun 2004 menyebutkan bahwa pada era 1970-an, kemenyan sempat menjadi komoditas unggulan yang mampu membiayai pendidikan anak-anak petani hingga perguruan tinggi.
Meski harga kemenyan sempat anjlok pada dekade 1990-an, komoditas ini tetap bertahan sebagai penopang utama ekonomi masyarakat lokal.
Kini, dengan pencapaian sebagai eksportir nomor satu di dunia, kemenyan Indonesia kembali bangkit dan menunjukkan potensinya sebagai kekuatan ekonomi berbasis kearifan lokal.