PUBLIKAINDONESIA.COM, TANGERANG – Harapan besar Timnas Putri Indonesia untuk melangkah ke putaran final Piala Asia Wanita 2026 resmi pupus setelah kalah tipis 1-2 dari Taiwan dalam laga terakhir Grup C Kualifikasi yang digelar di Stadion Sport Center Kelapa Dua, Tangerang, Sabtu (5/7/2025).

Meski tampil gigih sepanjang laga, skuad Garuda Pertiwi tak mampu membalikkan keadaan. Taiwan unggul terlebih dahulu melalui Su Yu-Hsuan di menit ke-20. Indonesia sempat menyamakan kedudukan lewat gol Helsya Maeisyaroh pada menit ke-48, namun gol Liu Yu-Chiao di menit ke-75 memastikan Taiwan meraih tiket ke putaran final untuk ke-15 kalinya.

Dengan hanya mengumpulkan tiga poin dari tiga pertandingan, Indonesia harus puas finis di posisi ketiga klasemen grup dan tersingkir dari persaingan. Kekalahan ini menambah daftar panjang kegagalan timnas putri akibat minimnya kompetisi domestik.
Pesan Tegas dari Pemain untuk PSSI
Namun bukan hanya hasil pertandingan yang menjadi sorotan. Usai laga, para pemain Timnas Putri Indonesia melakukan aksi damai dengan membentangkan spanduk bertuliskan tuntutan kepada Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, terkait kepastian kapan Liga 1 Putri kembali digulirkan.
Spanduk berwarna hitam tersebut dengan cepat diamankan oleh seseorang di area stadion, namun pesan yang disampaikan sudah cukup menggambarkan keresahan para pemain terhadap minimnya perhatian terhadap sepak bola wanita di Tanah Air.
Sejak terakhir digelar pada 2019, Liga 1 Putri belum pernah bergulir kembali. Mulai dari pandemi COVID-19 hingga persoalan internal federasi disebut sebagai penyebabnya. Namun bagi para pemain, ketiadaan kompetisi adalah penghalang utama perkembangan prestasi.
Minim Kompetisi, Prestasi Terbatas
Tanpa kompetisi rutin, Timnas Putri sulit menjaga ritme permainan, membangun kekompakan tim, dan menumbuhkan regenerasi pemain berbakat. Padahal negara-negara seperti Taiwan, Vietnam, dan Filipina sudah membuktikan pentingnya liga domestik yang berjalan konsisten dalam membangun kekuatan tim nasional.
Keberhasilan Indonesia lolos ke Piala Asia 2022 pernah menjadi titik cerah, meski saat itu Timnas Putri menelan kekalahan dari Australia, Thailand, dan Filipina. Kini, dengan kegagalan di edisi 2026, sinyal peringatan kembali datang.
Publik Menunggu Langkah Konkret Erick Thohir
Sebagai Ketua Umum PSSI, Erick Thohir kini menghadapi desakan untuk segera mengambil langkah nyata. Aspirasi pemain jelas: Liga Putri harus kembali digelar. Dukungan federasi, klub-klub Liga 1 pria, sponsor, dan pemerintah menjadi kunci untuk menghidupkan ekosistem sepak bola wanita yang lebih profesional.
Apalagi, dalam konteks global, sepak bola wanita tengah mengalami pertumbuhan pesat. FIFA dan AFC telah membuka lebih banyak turnamen internasional dan mendorong setiap federasi untuk memperkuat pengembangan sepak bola putri.
Kini, bola ada di tangan PSSI. Apakah tuntutan para pemain akan dijawab dengan aksi nyata? Ataukah sepak bola wanita Indonesia kembali menunggu tanpa kepastian?
Catatan Redaksi: Aksi damai Timnas Putri Indonesia patut diapresiasi. Mereka bukan hanya bermain untuk menang, tapi juga berjuang untuk masa depan generasi berikutnya. Sebuah refleksi bahwa keberhasilan tim nasional tak hanya dibangun di atas lapangan, tapi juga melalui sistem yang adil dan berkelanjutan.