PUBLIKAINDONESIA.COM, MAHULU – Sudah dua bulan lamanya warga di Kecamatan Long Apari, Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), hidup dalam krisis. Musim kemarau panjang yang melanda wilayah perbatasan Kalimantan Timur ini menyebabkan debit Sungai Mahakam surut drastis, sehingga pasokan logistik dari luar nyaris terputus total.

Kelangkaan bahan pokok kian parah. Beras, yang menjadi kebutuhan utama, kini harganya meroket hingga Rp1,2 juta per karung, jauh di atas harga normal. Tak hanya itu, sejumlah kebutuhan lain seperti minyak goreng, gula, dan telur juga sulit didapatkan di toko-toko yang sudah hampir kosong.

Bantuan Pemerintah Hanya Janji?
Yang membuat masyarakat semakin kecewa, hingga saat ini tidak ada bantuan nyata dari pemerintah, baik dari tingkat Kabupaten Mahulu maupun Provinsi Kalimantan Timur. Padahal, janji bantuan pangan melalui jalur udara sempat digaungkan.
Masyarakat pun bergerak. Di Kampung Tiong Ohang, warga bahkan telah membersihkan lapangan pendaratan helicopter berharap bantuan sembako segera mendarat seperti yang dijanjikan.
Namun harapan tinggal harapan.
“Minggu lalu kami bersihkan lapangan, karena katanya hari Jumat helikopter mau datang bawa sembako. Tapi sampai hari ini nggak datang-datang. Kami nggak tahu lagi kejelasannya,” ungkap Huseini, Petinggi Kampung Tiong Ohang, Minggu (3/8/2025).
Transportasi Air Lumpuh, Jalur Udara Tak Tergarap
Kondisi geografis Mahulu yang bergunung dan terisolasi membuat akses darat dan udara menjadi satu-satunya harapan saat Sungai Mahakam surut. Namun hingga kini, tak terlihat upaya maksimal dari pemerintah dalam membuka jalur bantuan melalui udara.
Padahal, warga Long Apari bukan hanya menunggu mereka sudah siap menyambut. Lapangan mendarat sudah disiapkan, masyarakat siap bergotong-royong menyalurkan bantuan. Yang kurang hanya satu: komitmen nyata dari pemerintah.
Krisis di Perbatasan: Cermin Ketimpangan Pembangunan
Kondisi memprihatinkan di Long Apari menunjukkan betapa timpangnya pembangunan dan perhatian terhadap wilayah perbatasan. Di saat kota besar sibuk membicarakan digitalisasi dan pembangunan IKN, warga di pelosok Mahulu berjuang sekadar untuk makan.
Pemerintah daerah dan pusat diminta segera bertindak cepat dan nyata, bukan sekadar melempar janji. Jika tidak, bencana kemanusiaan bisa terjadi dalam waktu dekat.
Warga Long Apari kini tidak meminta lebih hanya hak dasar mereka untuk hidup layak dan mendapatkan pangan. Pemerintah, baik kabupaten maupun provinsi, didesak untuk segera menurunkan bantuan dan memberikan kejelasan.
Long Apari menunggu. Bukan lagi sekadar janji, tapi aksi nyata dari pemerintah untuk menjangkau warganya yang kini berada di ujung krisis.