PUBLIKAINDONESIA.COM, INTERNATIONAL – Konflik antara Iran dan Israel kini memasuki babak yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada Rabu malam (18/6/2025), Iran tak hanya meluncurkan rudal balistik ultra-berat Seifil ke jantung pertahanan Israel, tetapi juga mengungkapkan strategi utama mereka: “membutakan” Israel lewat serangan siber presisi tinggi.

Serangan Siber Canggih Iran: Bukan Sekadar Retas, Tapi “Lobotomi Elektronik”

Informasi terbaru mengungkap bahwa pada 12 Juni lalu, unit intelijen sinyal (SIGINT) Iran bernama Sejjil-41 melancarkan serangan siber multi-vektor terhadap sistem pertahanan udara tercanggih Israel, termasuk Arrow, David’s Sling, dan Iron Dome.
Serangan ini tidak menargetkan radar atau infrastruktur fisik, melainkan menyusup ke inti sistem digital:
- Menggunakan spoofing berbasis satelit untuk menyusup ke jaringan sistem pertahanan.
- Mengacaukan protokol identifikasi target, menyebabkan sistem AI pertahanan keliru mengklasifikasikan rudal sungguhan sebagai “drone ramah”.
- Menonaktifkan saluran override darurat, menciptakan blackout komando selama 218 detik, sebagaimana dikonfirmasi dari sinyal ELINT yang ditangkap di Siprus.
Yang lebih mengejutkan, serangan ini diduga menggunakan Trojan bertenaga quantum hasil pengembangan rahasia antara ilmuwan sipil Rusia yang bekerja di bawah kedok laboratorium Belarus.
Hasilnya? Tiga unit Iron Dome kini tidak berfungsi bukan karena dihancurkan rudal, tetapi karena kerusakan logika digital pada level silikon. Seorang analis menyebutnya sebagai “lobotomi elektronik bedah,” strategi yang secara sengaja membutakan pertahanan Israel, bukan hanya melemahkannya.
Rudal Seifil: Serangan Balasan Fisik Iran yang Mengguncang
Tak hanya lewat dunia digital, Iran juga melancarkan serangan rudal balistik Seifil yang membawa hulu ledak seberat satu ton. Rudal ini, yang diluncurkan oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), menghantam sejumlah target penting termasuk Tel Aviv, sebagai bagian dari gelombang serangan ke-12 terhadap Israel.
Juru bicara militer Iran menyatakan serangan ini sebagai “pembukaan gerbang neraka” bagi rezim Zionis.
“Kalian harus memilih: mati perlahan dalam kehidupan neraka di bunker, atau melarikan diri secepat mungkin dari tanah rampasan leluhur kalian,” ujarnya dalam pernyataan resmi.
Rudal Seifil diklaim memiliki daya hancur jauh lebih besar dibandingkan rudal sebelumnya seperti Fattah-1, dan dirancang untuk menghancurkan pusat komando militer serta infrastruktur vital.
Ledakan dahsyat yang terjadi di Tel Aviv juga sempat dirasakan langsung oleh warga, meskipun pemerintah Israel kini mulai membatasi penyebaran informasi dan gambar terkait kerusakan di media sosial. Salah satu warga, Misa Roumi, menulis di platform X: “Itu yang paling menyakitkan dan paling merusak.”
Ancaman Terbesar: Sistem Pertahanan Buta di Tengah Serangan
Dengan kombinasi serangan digital dan rudal berat, Iran dinilai sedang menguji atau bahkan mengguncang — kemampuan pertahanan Israel di tengah meningkatnya ketegangan kawasan. Kehilangan fungsi Iron Dome dalam beberapa unit berarti bahwa Israel menghadapi serangan udara tanpa perlindungan optimal.
Sementara para analis pertahanan internasional terus mengkaji skala dan dampak strategis dari serangan ini, satu hal sudah jelas: era peperangan tidak lagi hanya terjadi di udara dan darat, tapi juga di dalam sirkuit dan kode. Dan Iran, kali ini, memegang kendali permainan.
(Berita ini akan diperbarui seiring perkembangan situasi.)