PUBLIKAINDONESIA.COM – Sejumlah jaringan makanan cepat saji asal Amerika Serikat seperti Starbucks, KFC, Pizza Hut, dan McDonald’s masih bergulat dengan dampak finansial berat di Malaysia dan Indonesia akibat boikot konsumen yang dipicu perang di Gaza mulai Oktober 2023.

Malaysia: Kerugian Menggunung, Gerai Ditutup

- Starbucks (Berjaya Food Bhd) mencatat penurunan pendapatan hingga 46% menjadi RM247,3 juta pada paruh kedua 2024 dan menderita rugi sebelum pajak sebesar RM67,09 juta (sekitar US$15,1 juta). Ini merupakan krugian kuartalan kelima berturut-turut.
- Di kuartal ketiga 2024 (berakhir 31 Maret), Berjaya Food juga mencatat kerugian RM29,76 juta akibat penurunan pendapatan hampir setengahnya.
- Selama kuartal keempat sampai Desember 2023, perusahaan mengalami kerugian bersih RM42,6 juta, padahal tahun sebelumnya mencetak laba.
- KFC dan Pizza Hut (QSR Brands) menutup sementara lebih dari 100 gerai untuk mengelola biaya dan memfokuskan operasional di lokasi dengan engagement tinggi.
Indonesia: Pulih Bertahap, Tapi Tantangan Masih Terasa
- Pizza Hut (PT Sarimelati Kencana) berhasil mencatat keuntungan Rp15,6 miliar di awal 2025, membalik rugi sebelumnya. Namun, penurunan penjualan signifikan tetap terasa.
- KFC Indonesia (Fast Food Indonesia) berhasil memangkas kerugian dari Rp384,8 miliar menjadi Rp138,7 miliar. Untuk mendanai pemulihan, perusahaan menjual 15% saham di pemasok unggasnya.
Untuk menghadapi tekanan boikot, perusahaan-perusahaan tersebut menerapkan berbagai strategi adaptasi:
- Di Malaysia, Starbucks memperlambat ekspansi dari 70–80 gerai per tahun menjadi hanya sekitar 10–15, setelah mengalami rugi sebesar Rp80 miliar pada semester I 2025. Mereka fokus pada lokalitas, seperti minuman ala barista lokal dan merchandise bertema lokal.
- Sementara itu, QSR Brands melakukan pemotongan harga pizza bisa seharga RM5 menekankan status halal, dan merekrut staf lokal demi menarik kembali pelanggan Muslim.
- Investor besar seperti General Atlantic (Map Boga Adiperkasa/Starbucks Indonesia) dan CVC (QSR Brands) menghentikan sementara upaya penjualan saham karena kondisi pasar yang tidak kondusif akibat boikot.
- Beberapa outlet Pizza Hut di Indonesia beralih merek menjadi “Ristorante” untuk mengurangi stigma dan menarik konsumen baru.
Ringkasan Dalam Tabel
Negara | Operator | Dampak Finansial & Operasional | Langkah Pemulihan |
Malaysia | Berjaya Food (Starbucks) | Penurunan pendapatan 46%, rugi RM67 juta; gerai ditutup sementara | Diversifikasi, lokal branding, percepatan transformasi |
Malaysia | QSR Brands (KFC, Pizza Hut) | Rugi RM66 juta pada 2024 (dari laba sebelumnya), >100 gerai ditutup | Diskon harga, rebranding, tonjolkan halal & lokalitas |
Indonesia | Sarimelati Kencana (Pizza Hut) | Laba Rp15,6 miliar di awal 2025 setelah sebelumnya rugi | Adaptasi bertahap; potensi donasi kemanusiaan sebelumnya |
Indonesia | Fast Food Indonesia (KFC) | Kerugian turun ke Rp138,7 miliar; ada penjualan saham pemasok | Restrukturisasi finansial |
Boikot terhadap merek-merek AS yang dipicu oleh konflik Gaza telah berdampak mendalam terhadap bisnis makanan cepat saji di Asia Tenggara. Di Malaysia, kejatuhan finansial dan penutupan gedai menunjukkan tekanan tinggi, sedangkan di Indonesia, perbaikan mulai terlihat meskipun belum merata.