PUBLIKAINDONESIA.COM, BANJARMASIN – Sebanyak 40 personel Taruna Siaga Bencana (Tagana) se-Kalimantan Selatan mengikuti pelatihan khusus penyelamatan korban di reruntuhan bangunan atau Collapsed Structure Search and Rescue (CSSR).

Pelatihan intensif selama tiga hari ini digelar oleh Basarnas Banjarmasin bekerja sama dengan Dinas Sosial (Dinsos) Kalsel sebagai langkah antisipasi dini menghadapi potensi bencana keruntuhan struktur di wilayah tersebut.

Kepala Seksi SDM Basarnas Banjarmasin, Amri Zuna, menegaskan bahwa pelatihan ini sangat penting untuk meningkatkan kapasitas SDM Tagana yang merupakan garda terdepan dalam penanganan bencana.
“Kita perlu kolaborasi yang sinergis antara Dinsos, khususnya Tagana Kalsel, dengan Basarnas untuk memastikan penanganan cepat dan tepat saat terjadi insiden keruntuhan struktur,” ujarnya di Banjarmasin.
Pelatihan yang biasanya berlangsung selama beberapa hari ini dipadatkan menjadi tiga hari penuh dengan fokus pada praktik langsung. Para peserta dikenalkan dengan berbagai alat penyelamatan, metode evakuasi, dan cara menentukan kondisi yang memungkinkan evakuasi dengan aman.
Amri juga mengingatkan bahwa operasi di lokasi reruntuhan bukanlah hal yang bisa dilakukan sembarangan. Dibutuhkan analisis mendalam dan penanganan presisi demi keselamatan korban dan petugas.
“Kami mengajarkan treatment dan assessment untuk menentukan posisi korban dan cara evakuasi yang paling tepat, termasuk mengenali jenis reruntuhan bangunan agar penyelamatan tidak membahayakan petugas,” jelasnya.
Dalam pelatihan ini, Basarnas Banjarmasin menurunkan empat instruktur ahli untuk memberikan pembekalan secara langsung. Harapannya, pasca-pelatihan, personel Tagana tidak hanya memahami teori tapi juga terampil menerapkan teknik penyelamatan secara benar dan efektif.
“Dengan pelatihan ini, sinergitas Tagana dan Basarnas semakin kuat dalam menghadapi dan menangani bencana di Kalimantan Selatan,” pungkas Amri.

