PUBLIKAINDONESIA.COM, CAPE TOWN – Setidaknya 49 orang dilaporkan tewas akibat banjir besar yang melanda Provinsi Eastern Cape, salah satu wilayah termiskin di Afrika Selatan, pada Rabu (11/6/2025). Banjir yang dipicu oleh badai ekstrem ini menyebabkan kerusakan parah dan hilangnya puluhan nyawa, termasuk pelajar sekolah.

Badai yang membawa hujan deras, angin kencang, dan salju di sejumlah daerah mulai melanda wilayah southeast Afrika Selatan sejak Selasa (10/6/2025) pagi. Banjir terbesar terjadi di wilayah Mthatha, yang kini menjadi pusat bencana banjir terburuk di negara itu tahun ini.
“Saat kita berbicara di sini, jenazah lainnya ditemukan,” kata Premier Eastern Cape Oscar Mabuyane dalam konferensi pers, dikutip dari Associated Press (AP).
Mabuyane menyebut peristiwa ini sebagai salah satu bencana cuaca terburuk yang pernah dialami provinsinya. “Saya belum pernah melihat yang seperti ini,” ucapnya dengan nada haru.
Bus Sekolah Hanyut, Siswa Jadi Korban
Di antara korban tewas, enam di antaranya adalah siswa sekolah menengah yang hanyut ketika bus sekolah mereka terseret arus deras saat melintasi sungai dekat Kota Mthatha. Bus ditemukan pada Rabu, namun dalam kondisi kosong.
Pihak berwenang melaporkan bahwa empat siswa lainnya masih dinyatakan hilang, sementara tiga siswa berhasil selamat setelah ditemukan berpegangan pada pohon dan berteriak minta tolong pada hari kejadian. Selain para siswa, seorang pengemudi dan satu orang dewasa pendamping turut menjadi korban jiwa.
Operasi Penyelamatan Masih Berlangsung
Tim penyelamat terus melakukan pencarian hingga Kamis (12/6/2025). Namun, pihak berwenang belum mengungkapkan jumlah pasti orang yang masih hilang. Mereka kini bekerja sama dengan keluarga korban untuk mengidentifikasi para korban dan mengetahui siapa saja yang masih belum ditemukan.
Tim tanggap bencana juga telah diaktifkan di Eastern Cape dan provinsi tetangga KwaZulu-Natal. Selain banjir, longsor juga dilaporkan terjadi di beberapa titik.
Dampak Meluas
Banjir besar ini menjadi pengingat akan meningkatnya risiko bencana iklim ekstrem di Afrika Selatan, yang dalam beberapa tahun terakhir kerap dilanda badai dan banjir mematikan. Infrastruktur yang rapuh di wilayah pedesaan turut memperparah dampak bencana, membuat evakuasi dan penyaluran bantuan menjadi sangat sulit.
Pemerintah Afrika Selatan hingga kini masih terus memantau situasi dan menghimpun data kerusakan serta jumlah korban terdampak.