PUBLIKAINDONESIA.COM, TIRANA – Dunia politik memasuki era baru. Perdana Menteri Albania, Edi Rama, membuat gebrakan tak biasa: menunjuk seorang “menteri” hasil ciptaan kecerdasan buatan (AI) untuk masuk ke dalam kabinetnya. Nama bot tersebut: Diella, yang berarti “matahari” dalam bahasa Albania.

Menteri virtual pertama di dunia? Sepertinya, iya.

“Diella adalah anggota kabinet pertama yang tidak hadir secara fisik, tetapi secara virtual diciptakan oleh AI,” kata PM Rama dalam pidato peresmian kabinet barunya, seperti dikutip dari Reuters dan Associated Press.
Langkah ini diambil menjelang masa jabatan keempat Rama sebagai kepala pemerintahan. Ia menyebut, Diella akan memegang peran krusial dalam kabinet mengelola dan memutuskan seluruh proses tender publik di Albania.
“Diella akan memastikan bahwa tender publik 100 persen bebas dari korupsi,” ujar Rama.
“Dia tidak bisa disuap, tidak bisa diancam, dan tidak bisa dijilat,” lanjutnya dalam nada satir yang langsung jadi sorotan publik.
Robot Anti-Suap? Albania Serius Perangi Korupsi Lewat AI
Penunjukan Diella bukan sekadar gimmick futuristik. Rama menyampaikan bahwa bot ini akan berperan penting dalam menjaga transparansi pemerintahan, terutama dalam proses lelang proyek yang melibatkan kontrak-kontrak bernilai besar dengan pihak swasta.
Selama ini, proses tender publik kerap menjadi ladang basah bagi praktik korupsi di banyak negara tak terkecuali Albania. Maka Rama berharap, dengan otak digital tanpa ambisi pribadi, Diella mampu menyaring intervensi politis dan permainan kotor.
Tak hanya itu, Diella juga diharapkan membantu pemerintah bergerak lebih cepat dan efisien, karena AI mampu memproses data dan mengambil keputusan dengan akurasi tinggi dan dalam waktu singkat.
Era Baru Politik: Birokrat Digital Mulai Dilirik?
Langkah Albania mungkin dianggap “nyeleneh” oleh sebagian pihak, tapi juga bisa jadi pionir. Di tengah merosotnya kepercayaan publik pada politisi di berbagai negara, munculnya tokoh digital yang kebal suap dan tak bisa diajak kongkalikong bisa jadi jawaban atas kegelisahan rakyat soal transparansi.
Namun, masih banyak pertanyaan:
- Apakah AI bisa benar-benar netral?
- Siapa yang memprogram Diella, dan bagaimana pengawasan terhadap “keputusan”-nya?
- Bagaimana akuntabilitas jika terjadi kesalahan?
Pengamat politik dan teknologi menyebut langkah Rama sebagai “berani tapi penuh risiko”. Jika sukses, Albania bisa jadi model baru pemerintahan digital di dunia.
Masa Depan Politik atau Sekadar Gimmick?
Dengan Diella, Rama tampaknya ingin menyampaikan pesan jelas: korupsi hanya bisa diberantas jika manusianya tidak dilibatkan langsung. Apakah ini sindiran untuk politisi lain? Bisa jadi.
Tapi satu hal yang pasti: Dunia kini menyaksikan satu negara yang mencoba menyuntikkan AI ke dalam urat nadi kekuasaan, dan itu bukan film fiksi ilmiah itu Albania, hari ini.
