PUBLIKAINDONESIA.COM, IKN – Sekitar 53 perusahaan tambang batu bara yang beroperasi di zona 3 kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) kini tengah berada dalam situasi genting. Mereka kesulitan memproses perpanjangan izin operasi, padahal sebagian izin akan berakhir tahun depan.

Kondisi itu disampaikan Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Haryanto Damanik, yang menyebut regulasi terkait IKN membuat proses perpanjangan izin jadi tersendat, bahkan nyaris tidak bisa diproses.
“Sekitar 53 perusahaan terancam proses perpanjangan izinnya. Tahun depan sudah ada anggota kita yang harus perpanjangan izin tapi nggak bisa diproses,” ujarnya.
Padahal, lanjut Haryanto, perusahaan-perusahaan tersebut tidak berada di pusat IKN, melainkan di zona 3 wilayah pendukung yang jaraknya jauh dari jantung IKN.
“Kalau kita lihat dari anggota kita ini, ada di zona pendukung, masih jauh,” tegasnya.
Ancaman Investasi di Zona Penyangga
Menurut APBI, perusahaan tambang batu bara kini menghadapi ketidakpastian investasi akibat tidak jelasnya mekanisme perpanjangan izin. Situasi ini membuat keberlanjutan operasi tambang di area pendukung IKN terganggu.
Haryanto berharap pemerintah dapat mencarikan solusi regulasi agar perusahaan dapat memperpanjang izin tanpa mengganggu agenda pembangunan IKN.
Produksi Batu Bara Ngebut, tapi Target Masih Nanggung
Di tengah polemik izin, performa produksi batu bara nasional justru masih terbilang tinggi. APBI mencatat:
- Produksi batu bara hingga Oktober 2025: 661,18 juta ton
- Realisasi itu setara 89,38% dari target produksi nasional 2025: 739,6 juta ton
- Prediksi akhir tahun: ±740 juta ton
Meski demikian, pencapaian itu masih tertinggal jauh dibanding realisasi produksi 2024 yang tembus 836 juta ton.
Di saat yang sama, pemerintah juga tengah mengkaji rencana pengurangan kuota produksi batu bara untuk 2026, seiring koreksi produksi tahun ini.
“Nanti kita mau lihat korelasi dengan rencana pemerintah untuk mengurangi produksi di 2026,” ungkap Haryanto.
DMO, Ekspor, dan Tren Permintaan Pasar
APBI juga mengungkap kinerja distribusi batu bara 2025:
| Aspek Distribusi | Realisasi | Target | Persentase |
| Domestic Market Obligation (DMO) | 180,98 juta ton | 239,6 juta ton | 75,51% |
| Ekspor | 418 juta ton | 500 juta ton | 83,6% |
Dengan permintaan China dan India melemah, pasar Asia Tenggara (ASEAN) justru mulai menunjukkan pertumbuhan permintaan batu bara, menjadi harapan baru bagi pelaku usaha.
