PUBLIKAINDONESIA.COM, SIDOARJO – Suasana khusyuk salat Asar di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, mendadak berubah menjadi kepanikan massal. Bangunan empat lantai yang baru saja dicor di lantai atasnya, tiba-tiba ambruk dan menimpa ratusan santri di bawahnya.

Peristiwa memilukan ini terjadi pada Senin (29/9/2025) sekitar pukul 15.00 WIB. Ironisnya, bangunan yang ambruk ini masih dalam proses pembangunan dan di pagi harinya baru saja dilakukan pengecoran di lantai empat.

“Diduga fondasi tidak kuat, sehingga bangunan runtuh dari lantai empat hingga ke dasar,” ungkap Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas, Edy Prakoso, seperti dikutip dari Antara, Selasa (30/9/2025).
🔎 Penyebab Diduga: Fondasi Lemah, Struktur Tak Sesuai Kaidah
Sejumlah pakar menyebut, penyebab ambruknya bangunan ini bukan semata soal pengecoran, melainkan indikasi adanya perencanaan yang asal-asalan sejak awal.
Denny Setiawan, arsitek dan dosen di Binus University, menyoroti pentingnya pengecekan struktur, metode pembangunan, kualitas material, hingga kelengkapan izin seperti IMB atau PBG.
“Jangan-jangan triplek pengecorannya berkualitas rendah. Fondasi pun harus dicek ulang, bisa jadi cuma cukup menopang dua lantai, bukan empat,” ujarnya, Kamis (2/10/2025).
Hal senada diungkapkan pakar teknik sipil dari ITS, Mudji Irmawan, yang mengungkap bahwa bangunan tersebut awalnya hanya dirancang satu lantai, lalu ditambah menjadi empat lantai tanpa perencanaan matang.
“Penambahan lantai dilakukan tanpa perhitungan teknis sejak awal. Bebannya terus bertambah, tapi fondasi tetap seperti awal,” jelas Mudji.
💥 Ledakan Beban Usai Cor Beton?
Pengecoran lantai empat yang dilakukan sejak pagi, diduga menjadi pemicu utama. Menurut pengasuh Ponpes KH Abdus Salam Mujib, pengecoran selesai sekitar tengah hari. Beberapa jam setelahnya, bangunan kolaps saat sedang digunakan salat berjamaah.
CEO SobatBangun, Taufiq Hidayat, menilai apapun alasan teknisnya, bangunan tak boleh ambruk jika konstruksinya benar.
“Bangunan roboh berarti strukturnya nggak kuat. Beton boleh diinjak sebelum 28 hari, tapi kekuatan maksimalnya tetap di hari ke-28,” tegasnya.
⚠️ Korban: 5 Tewas, 59 Terjebak Tanpa Tanda Kehidupan
Berdasarkan data terbaru dari BNPB per Kamis (2/10/2025), sebanyak 108 santri telah berhasil dievakuasi, dengan lima orang dinyatakan meninggal dunia. Namun, sebanyak 59 orang lainnya masih terjebak di bawah reruntuhan dan diduga sudah tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
“Kondisi bangunan sangat berat untuk evakuasi. Tim masih terus bekerja tanpa henti,” kata Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto di lokasi kejadian.
Musibah ini menjadi tamparan keras bagi dunia pembangunan dan keinsinyuran di Indonesia. Tidak hanya menyisakan duka, namun juga membuka mata soal pentingnya pengawasan konstruksi, perencanaan matang, dan penggunaan tenaga ahli dalam setiap pembangunan—terlebih di lembaga pendidikan yang dihuni banyak jiwa.
