PUBLIKAINDONESIA.COM, BANJARBARU – Harga emas dunia masih menunjukkan tren menguat yang menjanjikan. Pada Jumat (12/9/2025), harga emas di pasar spot ditutup pada angka US$ 3.642,4 per troy ons atau sekitar Rp 1,92 juta per gram, naik 0,29% dari hari sebelumnya dan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa untuk harga penutupan.

Lebih menarik lagi, selama perdagangan intraday, harga emas bahkan menyentuh puncak rekor baru di angka US$ 3.673,95 per troy ons (sekitar Rp 1,94 juta per gram). Kenaikan harga ini membuat banyak lembaga keuangan ternama memperbarui prediksi mereka.

JPMorgan, misalnya, menyatakan bahwa kenaikan emas sudah melampaui perkiraan awal mereka sebesar US$ 3.500 per troy ons. “Kami menilai ada perubahan struktural dalam permintaan emas, terutama karena potensi resesi dan risiko kebijakan tarif global. Kami yakin harga emas akan terus bullish,” kata Natasha Kaneva, Kepala Strategi Komoditas Global JPMorgan.
Bank ini memproyeksikan harga emas rata-rata bisa mencapai US$ 3.675 pada kuartal IV-2025, dan bahkan menanjak ke US$ 4.000 per troy ons pada kuartal II-2026. “Emas jadi alat lindung nilai yang optimal di tengah risiko stagflasi, resesi, dan ketidakpastian kebijakan Amerika Serikat,” tambah Gregory Shearer, Kepala Strategi Logam Dasar dan Mulia JPMorgan.
Prediksi lebih agresif datang dari Goldman Sachs. Bank asal AS ini memperkirakan harga emas bisa melesat hingga hampir US$ 5.000 per troy ons alias Rp 2,63 juta per gram! Skenario ini bisa terjadi jika independensi The Fed terancam dan inflasi melonjak, menyebabkan kepercayaan pada dolar AS melemah.
“Jika 1% kepemilikan obligasi pemerintah AS beralih ke emas, harga bisa mencapai hampir US$ 5.000,” catat Goldman Sachs.
Sementara itu, UBS Group menaikkan target harga emas menjadi US$ 3.800 per troy ons pada akhir 2025, naik dari proyeksi sebelumnya US$ 3.500. Mereka memprediksi harga bisa menyentuh US$ 3.900 per troy ons di pertengahan 2026.
UBS menyoroti hubungan terbalik antara dolar AS dan emas. “Depresiasi dolar AS mendorong investasi ke emas sebagai lindung nilai,” jelas mereka.
Lalu, ANZ Group juga ikut menaikkan ramalan harga emas menjadi US$ 3.800 pada akhir tahun ini. Mereka menyebut kebijakan moneter longgar The Fed hingga Maret 2026 dan pertumbuhan kepemilikan emas di China dan India menjadi faktor pendorong.
Dengan semua prediksi ini, emas kembali menjadi aset yang sangat menarik bagi investor di tengah ketidakpastian ekonomi global. Apakah rekor baru harga emas segera terwujud? Kita tunggu saja!
