PUBLIKAINDONESIA.COM, TIONGKOK – Media sosial Tiongkok kembali dihebohkan oleh kasus penipuan yang dilakukan seorang pria paruh baya yang menyamar sebagai perempuan. Sosok yang dikenal sebagai Sister Hong ini diduga telah menipu ratusan pria dengan cara berpura-pura menjalin hubungan asmara untuk meraup hadiah, bahkan sampai merekam hubungan intim secara diam-diam.

Menurut laporan yang beredar sejak awal Juli 2025, Sister Hong mengaku telah menjalin hubungan dengan lebih dari seribu pria, dan menyebarluaskan rekaman aktivitas seksual mereka secara daring. Polisi Provinsi Jiangsu pun telah menangkap pelaku dengan tuduhan penyebaran konten pornografi, sementara proses penyidikan masih terus berjalan.

🔁 Kasus Lama yang Kembali Naik Daun
Viralnya kasus Sister Hong justru menyeret kembali perhatian publik ke skema serupa yang lebih “halus”, namun tak kalah mengejutkan.
Seorang perempuan asal Shenzhen, China, pada tahun 2016 sempat menjadi sorotan setelah berhasil menjalin hubungan dengan 20 pria dalam waktu enam bulan semuanya dimanfaatkan untuk satu tujuan: membeli rumah.
Dijuluki warganet sebagai “gurunya Sister Hong”, perempuan ini meminta masing-masing pria untuk membelikannya satu unit iPhone 7. Semua ponsel tersebut lalu dijual melalui platform e-commerce, menghasilkan uang sekitar 120.000 yuan (sekitar Rp274 juta) yang kemudian dipakai sebagai uang muka apartemen di kampung halamannya.
Seorang staf e-commerce tempat ia menjual ponsel mengonfirmasi bahwa mayoritas iPhone masih tersegel. “Kami menerima pesanan dari seorang wanita dengan 20 unit iPhone baru. Semua dijual lebih dari 6.000 yuan per unit,” katanya.
🧩 “Multitasking Level Dewa”
Aksi cerdas perempuan tersebut sempat membuat rekan-rekannya tercengang. Meski hanya bekerja dengan gaji rendah di sebuah perusahaan, ia tiba-tiba mengumumkan telah membeli rumah. Investigasi internal menguak bahwa “investasi” iPhone dari 20 pria inilah yang menjadi kunci suksesnya.
“Saya kaget dia bisa melakukan ini,” ungkap seorang rekan kerja. “Dia dikenal ceria dan ramah. Kami tidak mengira ia akan melakukan ini demi uang,” tambahnya.
Meski aksinya menimbulkan kehebohan, tidak ada informasi lanjutan mengenai sanksi hukum yang ia hadapi saat itu.
📲 Cinta, Tipu Daya, dan Digitalisasi Emosi
Dua kasus ini memperlihatkan bagaimana romansa digital dapat berubah menjadi alat manipulasi. Jika Sister Hong menggunakan identitas palsu dan rekaman intim sebagai senjata, sang “guru” di Shenzhen memanfaatkan kepercayaan dan perasaan para pria untuk mendapatkan aset nyata—dengan cara yang jauh lebih terencana dan tanpa pelanggaran eksplisit terhadap hukum saat itu.
Komentar di media sosial pun menggambarkan kekaguman campur aduk. “Salut, salut, salut! Ini baru level multitasking,” tulis seorang pengguna platform Tiongkok.
Kedua kasus ini menjadi pengingat bahwa di era digital, cinta bisa menjadi komoditas, dan kepercayaan bisa dibeli atau dijual dengan harga yang tinggi. Identitas online, jika disalahgunakan, bukan hanya mampu menipu perasaan, tetapi juga mengubah arah hidup seseorang.