PUBLIKAINDONESIA , BANJAR – Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan (Polda Kalsel) melaksanakan kegiatan Penanaman Jagung Serentak Kuartal IV Tahun 2025 sebagai bagian dari dukungan terhadap program swasembada pangan nasional. Kegiatan ini digelar pada Rabu (8/10/2025) di lahan rawa bergambut, Jalan Gubernur Syarkawi Km 3, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar.

Kapolda Kalimantan Selatan Irjen Pol Risyanto Yudha Hermawan menjelaskan, kegiatan tersebut merupakan terobosan pemanfaatan lahan tidak produktif menjadi lahan pertanian bernilai ekonomi tinggi.

“Saat ini kami menanam jagung di lahan rawa bergambut seluas 16 hektare dari total 200 hektare. Kegiatan ini adalah bentuk pemangkatan lahan tidak produktif yang sebelumnya sering mengalami kebakaran saat musim kemarau,” ujar Kapolda.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Lahan Irigasi Kementerian Pertanian, sekitar 71,74 persen wilayah Kalsel merupakan lahan basah dengan tingkat keasaman (pH) di bawah 5, kandungan toksin tinggi, dan kesuburan rendah. Kondisi ini selama ini dianggap kurang ideal untuk budidaya jagung.
Namun, Polda Kalsel berupaya mengubah tantangan menjadi peluang dengan menggandeng berbagai pihak dalam skema kolaborasi pentahelix — melibatkan unsur pemerintah, akademisi, masyarakat, dunia usaha, dan media.
Sejumlah infrastruktur pendukung telah dibangun, antara lain jalan sepanjang 1,2 kilometer, revitalisasi saluran irigasi sejauh 3 kilometer, serta pembuatan tanggul air untuk mengatur debit dan menurunkan kadar pirit. Selain itu, pompa air khusus dan jaringan listrik PLN juga disiapkan untuk mendukung kelancaran budidaya.
“Lahan ini kami jadikan pilot project untuk memberikan solusi bagi petani. Dari lahan yang awalnya sulit, kini bisa menjadi lahan produktif yang dapat ditanami jagung sepanjang tahun,” tambah Irjen Risyanto.
Untuk kuartal keempat tahun ini, penanaman jagung berlangsung dari Oktober hingga Desember 2025 dengan total luas 1.051,14 hektare di seluruh Kalimantan Selatan, melibatkan 1.605 petani. Varietas benih yang digunakan adalah BC18, dengan dukungan fasilitas pertanian dari pemerintah daerah.

Gubernur Kalimantan Selatan H. Muhidin turut hadir dalam kegiatan tersebut dan menyampaikan dukungan penuh Pemprov terhadap program ketahanan pangan ini.
“Kami mendukung sepenuhnya. Bahkan saya sudah memerintahkan Dinas Pertanian untuk memesan empat unit combine harvester agar petani lebih mudah saat panen,” ujarnya.
Gubernur menjelaskan, alat combine harvester tersebut bersifat multifungsi karena dapat digunakan untuk memanen jagung maupun padi. Selain itu, Pemprov juga menyiapkan dua unit corn drier berkapasitas 20 dan 40 ton, serta dua gudang penyimpanan jagung berkapasitas masing-masing 182 ton untuk memperkuat rantai pasok hasil panen.
“Dengan alat modern ini, petani tidak perlu lagi panen manual yang melelahkan. Kita ingin Kalimantan Selatan benar-benar siap menuju swasembada pangan,” tegas Gubernur Muhidin.
Sebagai bagian dari inovasi pertanian berkelanjutan, Polda Kalsel juga menggagas teknik penormalan pH tanah dan air di lahan rawa gambut yang memiliki kadar asam tinggi. Kapolda Irjen Risyanto menjelaskan, pihaknya bersama Pemerintah Provinsi Kalsel dan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) telah meneliti jenis batuan asal Korea yang mampu menetralkan tingkat keasaman tanah.
“Batuan Korea yang kami temukan telah diteliti di Laboratorium Fakultas Pertanian ULM. Unsurnya dapat diuraikan dan dimodifikasi menjadi biomassa teraktivasi,” jelasnya.
Biomassa teraktivasi ini berfungsi mempercepat peningkatan pH tanah yang semula masam akibat kadar pirit tinggi. Metode ini dinilai lebih efisien, murah, dan ramah lingkungan dibandingkan perlakuan konvensional seperti dolomit atau pupuk kandang ayam.
“Kami harapkan proses ini mempercepat penetralan pH tanah menjadi ideal untuk budidaya jagung,” tambah Kapolda.
Gubernur Muhidin turut menjelaskan mekanisme sederhana dari biomassa tersebut. Unsur biomassa teraktivasi itu bisa diletakkan di aliran air. Nanti pH air yang awalnya di bawah 5 akan naik secara bertahap hingga mencapai tingkat yang diinginkan. Air dengan pH netral kemudian akan mengalir ke lahan pertanian sekitar, menormalkan kondisi tanah.
“Kalau airnya sudah baik, otomatis tanah di lahan itu juga ikut membaik,” tutup Gubernur.

