PUBLIKAINDONESIA.COM, PULANG PISAU – Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, melalui Dinas Kesehatan setempat, terus memperkuat langkah pencegahan kanker leher rahim (serviks) yang masih menjadi momok mematikan bagi perempuan Indonesia.

Lewat kegiatan Pertemuan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim, Dinkes memperkenalkan metode HPV DNA dan sistem pelaporan digital berbasis aplikasi NAR (National Reporting) sebagai inovasi kunci dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker serviks.

Kegiatan yang digelar di Aula Pertemuan Puskesmas Pulang Pisau ini dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Pulang Pisau, dr. Pande Putu Gina, dan dihadiri para dokter, bidan koordinator, serta pengelola program Penyakit Tidak Menular (PTM) dari 12 puskesmas se-kabupaten. Hadir pula sebagai narasumber, dr. Fionna Felicia, Sp.OG, dari RSUD Pulang Pisau.
“Kanker leher rahim masih jadi penyebab kematian tertinggi pada perempuan Indonesia. Deteksi dini jadi kunci utama agar bisa ditangani sebelum terlambat,” tegas dr. Pande, Sabtu (4/10/2025).
🧪 HPV DNA: Deteksi Lebih Cepat, Peluang Sembuh Lebih Besar
Metode HPV DNA memungkinkan tenaga medis mendeteksi keberadaan virus penyebab kanker serviks Human Papillomavirus (HPV) bahkan sebelum muncul perubahan sel di leher rahim. Teknologi ini dianggap lebih akurat dan mampu mengidentifikasi risiko sejak dini.
“Semakin cepat diketahui, semakin besar kemungkinan untuk sembuh. Ini bukan sekadar tes, tapi langkah penyelamatan nyawa,” jelas dr. Pande.
📲 Aplikasi NAR: Data Cepat, Kebijakan Tepat
Selain pemeriksaan, sistem pelaporan melalui aplikasi NAR juga menjadi fokus utama dalam kegiatan ini. Dengan sistem digital, Dinas Kesehatan bisa memantau progres program secara real time dan membuat kebijakan kesehatan berbasis data.
“Data lengkap dan akurat sangat penting. Dengan pelaporan digital, semua hasil bisa langsung dilacak dan ditindaklanjuti,” tambahnya.
🚨 Fakta Mengerikan: 3 dari 5 Perempuan yang Terkena Kanker Serviks Meninggal
Data dari Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa setiap tahun, sekitar 36.000 perempuan Indonesia terdiagnosis kanker leher rahim, dan lebih dari 21.000 meninggal dunia.
“Itu artinya, hampir 3 dari 5 perempuan yang terkena kanker serviks kehilangan nyawa. Ini alarm bahaya yang tidak boleh diabaikan,” ungkap dr. Pande.
💪 Gerakan Bersama untuk Cegah Kematian Perempuan
- Pande menegaskan, deteksi dini tidak bisa hanya dibebankan pada tenaga kesehatan. Peran serta masyarakat, terutama perempuan usia produktif, sangat dibutuhkan.
“Perempuan harus berani memeriksakan diri secara rutin. Pemeriksaan adalah tameng pertama melawan kanker,” ujarnya.
Dinkes Pulang Pisau berharap seluruh puskesmas semakin aktif menjalankan program deteksi dini di wilayah masing-masing.
“Kami ingin ini jadi gerakan bersama, masif dan berkelanjutan. Agar tak ada lagi perempuan Pulang Pisau yang kehilangan nyawa karena kanker serviks yang telat terdeteksi,” tutupnya.
