PUBLIKAINDONESIA.COM, BALANGAN – Suasana Aula I Bapperida Balangan, Selasa (28/10/2025), tampak hidup sejak pagi. Puluhan peserta dari sembilan desa tampak antusias mengikuti Pelatihan Kader Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) yang digelar oleh DP3A P2KB PMD Kabupaten Balangan.

Bukan sekadar pelatihan biasa, kegiatan ini menjadi langkah nyata pemerintah daerah untuk memperkuat peran masyarakat dalam melindungi anak dari berbagai bentuk kekerasan.

Kader yang ikut berasal dari Desa Maradap, Mampari, Gunung Manau, Lamida Bawah, Suryatama, Galumbang, Tebing Tinggi, Balida, dan Pupuyuan semuanya punya satu tujuan: menjaga anak-anak di desanya tetap aman, bahagia, dan terlindungi.
Jadi “Tameng” Pertama untuk Anak di Desa
JF Penggerak Swadaya Masyarakat, Linuwih Andri Winarti, menjelaskan pelatihan ini dirancang untuk memperkuat kapasitas kader desa agar siap menghadapi persoalan kekerasan terhadap anak secara cepat dan tepat.
“Pelatihan ini untuk memperkuat peran kader sebagai mitra dinas dalam melindungi anak dan menangani kekerasan secara cepat,” ujarnya.
Menurut Linuwih, keberadaan PATBM di setiap desa sangat penting, karena masyarakatlah yang pertama kali melihat, mendengar, bahkan bisa mencegah kasus kekerasan sebelum menjadi parah.
Kader Desa Diajari Baca “Tanda Bahaya” Kekerasan
Pelatihan ini juga menghadirkan narasumber dari PATBM Nasional Kementerian PPPA. Salah satunya, Putri Suci Asriani, membagikan ilmu penting tentang cara mengenali tanda-tanda kekerasan pada anak serta strategi pencegahannya berbasis potensi desa.
“Dengan memahami potensi dan sumber daya desa, kader dapat menyusun langkah perlindungan anak yang sesuai kebutuhan masyarakat,” jelas Putri.
Ia menekankan bahwa perlindungan anak tidak bisa hanya mengandalkan aparat atau lembaga formal. Dibutuhkan “mata dan hati” masyarakat desa untuk mendeteksi lebih dini persoalan anak dari kekerasan fisik, psikis, hingga penelantaran.
Dari Desa untuk Anak Indonesia
Program PATBM sendiri diharapkan menjadi gerakan bersama, di mana setiap warga desa merasa bertanggung jawab melindungi anak-anak di lingkungannya.
“Anak-anak adalah masa depan Balangan. Kalau kita jaga mereka hari ini, kita sedang menjaga masa depan daerah kita sendiri,” kata salah satu peserta, Siti Rahmah, dengan mata berbinar.
Pelatihan ditutup dengan sesi diskusi interaktif dan simulasi penanganan kasus, di mana para kader berlatih merespons laporan kekerasan dengan cepat dan bijak. Suasana hangat dan penuh semangat menggambarkan satu hal: gerakan perlindungan anak di Balangan sudah mulai bangkit dari akar rumput.

