PUBLIKAINDONESIA.COM, JAKARTA – Rokok elektrik atau vape selama ini dipromosikan sebagai alternatif yang lebih aman dibandingkan rokok tembakau. Namun, pandangan ini ditepis oleh kalangan medis yang justru menyoroti dampak serius vape terhadap kesehatan, terutama sistem kardiovaskular.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Vito Damay, mengungkapkan bahwa rokok elektrik tetap membawa risiko besar terhadap kesehatan pembuluh darah.

“Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa ia [vape] masih memiliki potensi membahayakan, khususnya pada pembuluh darah. Karena itu, dari sudut pandang kesehatan, pilihan terbaik tetap berhenti merokok sama sekali,” ujarnya.
Pernyataan ini merujuk pada hasil kajian Vito dalam penelitian berjudul “Electronic Cigarette and Atherosclerosis: A Comprehensive Literature Review of Latest Evidences”, yang dipublikasikan di National Library of Medicine. Studi tersebut mengupas hubungan antara penggunaan vape dan aterosklerosis, yaitu penumpukan plak di dinding arteri kondisi yang menjadi penyebab utama penyakit jantung koroner (CAD), salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia.
Meski tidak menghasilkan asap tembakau, uap yang dihasilkan dari cairan vape mengandung berbagai zat berbahaya. Di antaranya nikotin, propilen glikol, partikel halus, logam berat, serta zat perisa. Kandungan ini terbukti memicu reaksi berantai yang merusak sel-sel endotel pembuluh darah, meningkatkan stres oksidatif, dan menyebabkan peradangan.
“Kerusakan pembuluh darah bisa terjadi karena paparan radikal bebas yang dihasilkan dari uap vape. Ini bisa mengganggu lapisan pelindung arteri, mempercepat pembentukan plak, dan berisiko menyebabkan sumbatan,” jelas Vito.
Penelitian tersebut juga mencatat bahwa penggunaan vape meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir di berbagai negara, termasuk Indonesia. Sekitar 10,9 persen orang dewasa di Indonesia kini mengetahui tren rokok elektrik, dan 2,5 persen di antaranya merupakan pengguna aktif.
Tren ini menjadi perhatian serius karena meski tidak menghasilkan asap seperti rokok konvensional, vape tetap memberikan dampak negatif terhadap sistem pernapasan, pencernaan, hingga kardiovaskular. Penelitian menyebutkan bahwa vape bukanlah alternatif sehat, melainkan tetap berisiko tinggi terhadap penyakit jantung koroner.
Para peneliti menegaskan bahwa bahaya vape tidak bisa dianggap sepele. Kandungan zat kimia dalam rokok elektrik dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan peradangan, hingga mempercepat terbentuknya aterosklerosis.
“Meski penelitian lanjutan masih dibutuhkan, bukti yang ada sudah cukup menunjukkan bahaya nyata vape terhadap kesehatan jantung,” demikian ringkasan studi tersebut.
Dengan temuan ini, dokter mengimbau masyarakat untuk tidak terkecoh oleh anggapan bahwa vape adalah solusi aman. Langkah terbaik untuk menjaga kesehatan tetaplah berhenti merokok sepenuhnya baik rokok konvensional maupun elektrik.